SILABUS
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Gunung Talang
Mata Pelajaran : Pendidikan Al-Qur’an
Kelas / Semester : X /1
Standar Kompetensi : Mendeskripsikan ayat-ayat al-Qur’an tentang Aqidah, Ibadah dan Akhlaq
Kompetensi Dasar Materi
Pembelajaran Kegiatan
Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi
Waktu Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
1.1 Membaca
secara tartil,
mengartikan dan
memahami ayat-
ayat Al-Qur’an
tentang hari akhir dan amal shaleh (Q.S.Az-Zalzalah/99 :1-8
dan QS.An-Nahl/16 : 9 )
*Membaca
QS. Az-Zal
Zalah/99 :1 -8
dan An- Nahl/16 : 97
*Mengartikan
Q.S.Az-Zalzalah /99 : 1-8 dan Q.S
An-Nah/16 : 97
*Salah seorang siswa membacakan Q.S,Az-Zalzalah: 1-8 dan Q.S An-Nahl: 97 dengan
muratal dan diikuti
bersama-sama
*Mengidentifikasi tajwid yang terda
pat dalam Q.S.Az-Zalzalah 1-8 dan
Q.S.An-Nahl : 97
*Siswa mengartikan
Q.S Az-Zalzalah : 1-8 dan Q.S An-Nahl : 97
secara
mufradat dan mujmal
*Mampu melafazkan sifat-sifat huruf shafir ,Istithalah dan Tafasysyi yang terdapat dalam
QS.Az-Zalzalah 1-8 dan Q.S An-Nahl : 97
*Melafazkan bacaan ikhfa dan Izhar yang terdapat dalam Q.S
Az-Zalzalah 1-8 dan Q.S.An-Nahl : 97
*Mampu mengartikan kata-kata mufradat dan mujmal Q.S Az-Zalzlah:1-8 dan Qs.an-Nahl : 97
Tes Lisan
Tes Lisan
Tes Lisan dan Tertulis
Daftar
Pertanyaan
Daftar
Pertanyaan
Daftar Pertanyaan Lafazkanlah sifat huruf
Shafir,Istithalah dan Tafasy
syi dalam Q.S.Az-Zalzalah :
l-8 dan Q.S An-Nahl:97
Lafazkanlah contoh bacaan Ikhfa dan Izhar yang terda
pat dalam Q.S.Az-Zalzalah 1-8 dan Q.S.An-Nahl : 97
Artikanlah Q.S.Az-Zalzalah 1-8 dan Q.S.An-Nahl : 97
Secara mufradat dan mujmal
2 Jam
2 Jam Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Kompetensi Dasar Materi
Pembelajaran Kegiatan
Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi
Waktu Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
1.2 Mempraktekan
amal shaleh dalam
kehidupan sehari-
hari
1.3Menghafal Q.S Az-Zalzalah/99 : 1-8 dan menulis khat naskhi Q.S .An- Nahl/16 : 97
Kompetensi Dasar *Memahami Q.S Az-Zalzalah/99 : 1-8 dan Q.S .An-
Nahl/16 : 97
*Pengertian amal shaleh
*Contoh amal shaleh
*Syarat-syarat amal shaleh
*Praktek amal shaleh
*Menghafal QS.
Az-Zalzalah:1-8
*Menulis Khat
Naskhi Q.S.An-Nahl : 97 *Siswa mendiskusi
kan isi kandungan Q.S Az-Zalzalah/99 : 1-8 dan Q.S .An-
Nahl/16 : 97 dan
menyimpulkan
secara teratur
*Siswa mendikusikan pengertian dan contoh-contoh dan syarat-syarat amal shaleh
Siswa mempraktekan
Cara belajar yang baik
*Siswa menghafal Qs. Az-Zalzalah:1-8
*Siswa menulis Khat
Naskhi Q.S.An-Nahl:97 *Menjelaskan
situasi dan kondisi manusia pada peristiwa hari kiamat sesuai dengan Q.S Az-Zalzalah : 1-8
* Menjelaskan dua macam isi kandungan
Qs. An-Nahl:97
*Menyebutkan pengertian dan contoh-contoh amal shaleh
*Menyebutkan syarat-syarat amal shaleh
*Dapat melakukan
Cara belajar yang baik
Dapat melafazkan hafalan Q.S Az-Zalzalah 1-8 dan artinya
Dapat menulis khat naskhi Qs.An-Nahl 97 Tes Lisan dan Tertulis
Tes Lisan dan Tertulis
Tes Lisan dan Tertulis
Tes Perbuatan
Tes Lisan
Tes Perbuatan Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Praktek
Daftar Pertanyaan
Praktek Sebutkanlah 5 macam
situasi pada hari kiamat
sesuai dengan Q.S.Az-Zal
zalah:1-8
Jelaskanlah dua macam isi kandungan Q.S. An-Nahl:97
Tulislah 4 contoh amal shaleh yang pernah anda lakukan
Sebutkanlah syarat-syarat amal shaleh
Kerjakanlah tugasmu dengan baik dan serahkan tepat waktu
Lafazkanlah hafalan
Q.S.Az-Zalzalah:1-8
Tulislah QS.An-Nahl:97 dengan Khat naskhi
2 Jam
2 Jam
2 Jam
Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Materi
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
1.4 Membaca secara tartil,mengartikan dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang shalat tahajjud (Q.S.Al- Qadr/97: 1-5 dan QS.Al-Isra/17 : 79)
*Membaca Q.S.Al- Qadr/97: 1-5 dan QS.Al-Isra/17: 79
*Mengartikan Q.S.Al- Qadr/97: 1-5 dan QS.Al-Isra/17: 79
*Memahami Q.S.Al- Qadr/97: 1-5 dan QS.Al-Isra/17: 79
Salah seorang siswa membacakan Q.S.Al- Qadr/97: 1-5 dan QS.Al-Isra/17 secara murattal dan diikuti bersama-sama
*Mengidentifikasi tajwid yang terdapat dalam Q.S.Al- Qadr/97: 1-5 dan QS.Al-Isra/17
*Siswa mengartikan Q.S.Al- Qadr/97: 1-5 dan QS.Al-Isra/17: 79
Siswa mendiskusikan
Isi kandungan Q.S.Al- Qadr/97: 1-5 dan QS.Al-Isra/17: 79
dan menyimpulkan
Secara teratur
*Melafazkan Q.S.Al- Qadr/97: 1-5 dan QS.Al-Isra/17 secara murattal dan sesuai dengan tajwid
*Melafazkan mad Izhar dan idgham yang terdapat dalam Qs.al-Qadr:1-5 dan Qs.al-Isra : 9
*Mampu mengartikan kata- kata mufradat dan mujmal
Q.S.Al- Qadr/97: 1-5 dan QS.Al-Isra/17: 79
* Dapat menjelaskan tiga macam keutamaan malam lailatul Qadr sesuai dengan Q.S.Al- Qadr/97: 1-5
* Dapat menjelaskan isi kandungan Q.S. Al-Isra : 79 Tes Lisan
Tes Lisan
Tes Lisan dan Tertulis
Tes Lisan dan Tertulis Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Lafazkanlah sesuai dengan
tajwid Q.S.Al- Qadr/97: 1-5 dan QS.Al-Isra/17
Lafazkanlah mad, Ikhfa dan idgham yang terdapat pada Q.S.Al- Qadr/97: 1-5 dan QS.Al-Isra/17
Artikanlah Q.S.Al- Qadr/97: 1-5 dan QS.Al-Isra/17: 79secara mufradat dan mujmal
Jelaskanlah tiga macam ke utamaan malam lailatul Qadr seperti
terkandung dalam Q.S Al-Qadr : 1-5
Jelaskanlah isi kandungan Q.S.Al- Isra : 79 2 Jam
2 Jam Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
1.5 Mempraktekkan shalat tahajjud bersama
1.6 Menghafal QS.Al-Qadr/97:1-5 dan Q.S.Al-Isra/17
: 79
*Praktek shalat
Tahajjud ( tata cara shalat tahajjud)
*Menghafal QS.Al-Qadr/97: 1-5
*Menulis khat naskhi QS.Al-Isra : 79
*Menggali informasi tentang pengertian, keutamaan shalat tahajjud
*Siswa berlatih melaku kan shalat
tahajjud bersama
*Siswa menghafal
QS.Al-Qadr : 1-5
* Siswa berlatih menulis khat naskhi QS.Al-Isra : 79
*Dapat menyebutkan pengertian shalat tahajjud
*Dapat menyebutkan keutamaan shalat tahajjud
*Mampu mempraktekan shalat
tahajjud
*Dapat melafazkan hafalan
QS.Al-Qadr/97: 1-5
* Mampu menulis khat naskhi QS.Al-Isra : 79
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Perbuatan
Tes Lisan
Tes Perbuatan Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Praktek
Daftar Pertanyaan
Praktek Sebutkan pengertian shalat tahajjud
Sebutkan keutamaan shalat tahajjud
Kerjakanlah shalatsunat
tahajjud dengan baik dan benar
Lafazkanlah hafalan QS.Al-Qadr /97: 1-5
Tulislah QS.Al-Isra/17 : 79 dengan khat naskhi
2 Jam
2 Jam
2 Jam Buku Tuntunan Shalat
Al-Qur’an dan Terjemahnya
Buku panduan
Menulis khat
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
1.7 Membaca secara tartil, mengartikan dan
memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang keutamaa
Ilmu (QS. Al-‘Alaq/96:1-19 dan
Q.S Al-Mujadilah/58:11
*Membaca QS.Al-‘Alaq/96 ;1-19 dan QS.Al-Mujadilah/58 : 11
*Mengartikan QS.Al-‘Alaq/96 ;1-19 dan QS.Al-Mujadilah/58 : 11
.Memahami Q.S Al-”Alaq : 1-19 dan Q.S al-Mujadilah :
Salah seorang siswa membaca QS.Al-‘Alaq/96 ;1-19 dan QS.Al-Mujadilah/58 : 11 dan diikuti bersama-sama
*Mengidentifikasi tajwid yang terdapat dalam Qs.al-‘Alaq:1-5 dan Qs.al-Mujadilah :11
*Siswa mengartikan QS.Al-‘Alaq/96 ;1-19 dan QS.Al-Mujadilah/58 : 11
secara mufradat dan mujmal
*Siswa mendiskusikan isi
Kandungan Q.S Al-’Alaq:1-19 dan Q.S Al-Mujadilah : 11
*Dapat melafazkan sifat huruf Qalqalah pada QS.Al-‘Alaq/96 ;1-19
*Mampu melafazkan makhariju huruf Al-Lisan dan Al-Halaq dengan benar
*Mampu mengartikan mufradat dan mujmal QS.Al-‘Alaq/96 ;1-19 dan QS.Al-Mujadilah/58 : 11
Dapat menjelaskan isi kandungan Q.S Al ’Alaq : 1-19
Dapat menjelaskan isi kandungan Q.s Al-Mujadilah : 11 Tes Lisan
Tes Lisan
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan/ Tertulis
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan Lafazkanlah sifat huruf Qalqalah pada QS.Al-‘Alaq:1-19
Lafazkanlah makharijul huruf Al-Lisan dan Al-Halaq QS.Al-‘Alaq/96 ;1-19 dan QS.Al-Mujadilah/58 : 11
Artikanlah QS.Al-‘Alaq/96 ;1-19 dan QS.Al-Mujadilah/58 : 11 secara
Mufradat dan mujmal
Jelaskanlah isi kandungan Q.S.Al-’Alaq:1-19
Jelaskanlah isi kandungan S. Al-Mujadialah : 11 2 Jam
2 Jam Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
1.8 Menghafal QS. Al-‘Alaq/96:1-19 dan menulis QS. Al-Mujadilah/58 : 11
1.9 Membaca secara tartl, mengartikan dan memahami QS.Al-Baqarah ayat 221 tentang larangan pernikahan silang
1.10 Menghafal Qs.al-Baqarah ayat 221
Menghafal Q.S Al-’Alaq/96 : 1-19
*Menulis QS.Al-Mujadilah/58 : 11
*Membaca QS.Al-Baqarah ayat 221
*Mengartikan Qs.al-Baqarah ayat 221
*Menghafal QS.Al-Baqarah ayat 221 *Siswa menghafal Qs.al-‘Alaq : 1-19
*Siswa berlatih menulis khat naskhi QS. Al - Mujadilah: 11
* Salah seorang siswa membacakan dengan murattal QS.Al-Baqarah ayat 221 dan diikuti bersama-sama
*Mengidentifikasi tajwid yang terdapat dalam Qs.al-Baqarah ayat 221
*Siswa berlatih mengartikan Qs.al-Baqarah : 221 secara mufradat dan mujmal
*Siswa mendiskusikan
Isi kandungan QS.Al-Baqarah ayat 221
*Siswa menghafal QS.Al-Baqarah ayat 221
*Dapat melafazkan hafalan QS. Al-‘Alaq :1-19
*Dapat menulis khat naskhi QS.Al-Mujadilah : 11
*Mampu melafazkan huruf tafasysyi,dan mad dengan benar
Melafazkan bacaan idgham dan izhar yang terdapat pada Q.S Al-Baqarah : 221
Dapat mengartikan kata-kata mufradat dan mujmal QS.Al-Baqarah ayat 221
*Dapat menjelaskan isi kandungan QS.Al-Baqarah: 221
*Mampu melafazkan hafalan QS.Al-Baqarah ayat 22 Tes Lisan
Tes Perbuatan
Tes Lisan
Tes Lisan
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan
Daftar
Pertanyaan
Praktek
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Lafazkanlah hafalan QS.Al-‘Alaq: 1- 19
Tulislah QS. Al-Majadilah : 11 dengan khat naskhi
Lafazkanlah sifat huruf tafasysyi dan bacaan mad yang terdapat dalam Q.S Al-Baqarah : 221
Lafazkanlah bacaan idgham dan izhar dalam QS.Al-Baqarah ayat 221
Artikanlah
Q.S Al-Baqarah : 221 secara mufradat dan mujmal
Jelaskanlah isi kandungan QS.Al-Baqarah ayat 221
Lafazkanlah hafalan QS.Al-Baqarah ayat 221 2 Jam
2 Jam
2 Jam
2 Jam
2 Jam Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Al-Qur’an dan Terjemahnya
Mengetahui :
Kepala SMA N 1 Gunung Talang.
Drs. ASRIJAL, MM
Nip. 19620216 198602 1 001
Cupak, 2011
Guru Mata Pelajaran
1. Drs. ALI IMRAN ...................................
2. Dra. Hj. DARNIS ....................................
3. NOFRIZA, S.Pd.I ...................................
SILABUS
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Gunung Talang
Mata Pelajaran : Pendidikan Al-Qur’an
Kelas / Semester : X /2
Standar Kompetensi : Mengklasifikasikankan ayat-ayat al-Qur’an tentang Aqidah, Ibadah dan Akhlaq
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
2.1 Membaca secara tartil, mengartikan dan memahami serta
menghafal QS Al- Hujurat/49 ayat 6 tentang informasi
* Membaca Q,S Al-Hujurat/49: 6
*Mengartikan Qs. Al-Hujurat:6
*Menghafal Qs. Al-Hujurat:6 *Salah seorang siswa membacakan dengan murattal QS.Al-Hujurat : 6 dan diikuti bersama-sama
*Mengidentifikasi tajwid yang terdapat dalam Qs.Al-Hujurat : 6
Siswa berlatih mengartikan QS.Al-Hujurat : 6 secara mufradat dan mujmal
*Siswa mendiskusikan
Isi kandungan Qs. Al-Hujurat : 6 tentang informasi
Siswa menghafal Q.S Al-Hujurat : 6 *Mampu melafazkan ayat Q.S Al-Hujurat : 6 dengan murattal sesuai tajwid
*Melafazkan hukum bacaan mad dan ikhfa dalam QS.Al-Hujurat : 6
*Mampu mengartikan secara mufradat dan mujmal QS.Al-Hujurat : 6
*Menjelaskan isi kandungan Qs. Al-Hujurat : 6 tentang informasi
*Mampu melafazkan hafalan Qs. Al-Hujurat : 6 Tes Lisan
Tes Lisan
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Lafazkanlah Q.S Al- Hujurat : 6 dengan murattal sesuai tajwid
Lafazkanlah bacaan mad wajib muttasil dan ikhfa dalam Qs.Al-Hujurat : 6
Artikanlah QS.Al-Hujurat : 6 secara mufradat dan mujmal
Jelaskanlah isi kandungan QS. Al-Hujurat : 6
Lafazkanlah hafalan Qs. Al-Hujurat : 6 2 Jam
2 Jam
2 Jam
Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Kompetensi Dasar Materi
Pembelajaran Kegiatan
Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi
Waktu Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
2.2 Membaca secaratartil,mengartikan dan mema
hami ayat-ayat al-Qur’an tentang makhluk yang mulia
(QS At-Tin/95 : 1-8 dan Q.S Al-Isra’/17 : 70 )
* Membaca
Qs. At-Thin/95 ;
1-8 dan Al-Isra’/17 : 70
*Mengartikan Qs.At-Thin/98 :1-8 dan Q.s Al- Isra’ : 70
*Memahami Qs. Qs.At-Thin/98 : 1-8 dan Q.s Al- Isra’ : 70
*Salah seorang siswa membacakan dengan murattal QS.At-Thin : 1-8 dan Al-Isra’/17 : 70 diikuti
bersama-sama
*Mengidentifikasi tajwid yang terdapat dalam Qs. Qs.At-Thin/98 : 1-8 dan Q.s Al- Isra’ : 70
*Siswa berlatih mengartikan Qs. Qs.At-Thin/98 : 1-8 dan Q.s Al- Isra’ : 70 secara mufradat dan mujmal
*Siswa mendiskusikan
Isi kandungan Qs. Qs.At-Thin/98 : 1-8 dan Q.s Al- Isra’ : 70
*Mampu melafazkan Q.S At-Thin : 1-8 dan Q.S Al-Isra’ : 70 dengan murattal sesuai tajwid
*Mampu melafazkan huruf Qalqalah dan Istitha
lah yang terdapat dalam
QS.At-Thin/98 : 1-8 dan Q.S Al- Isra’ : 70
*Mampu mengartikan
kata mufradat dan mujmal Qs. At-Thin/98 :1-8 dan Q.s Al- Isra’ : 70
*Dapat menjelaskan isi kandungan Q.s At-Thin/98 : 1-8
*Dapat menjelaskan isi kandungan Q.s Al-Isra’/98 : 70
Tes Lisan
Tes Lisan
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan/ Tertulis Daftar
Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar
Pertanyaan
Lafazkanlah Q.S At-Thin : 1-8 dan Q.S Al-Isra’ : 70 dengan murattal sesuai tajwid
Lafazkanlah huruf Qalqalah dan istithalah dalam Q.S At-Thin : 1-8 dan Q.S Al-Isra’ : 70
Artikanlah QS.At-Thin/98 : 1-8 dan Q.S Al- Isra’ : 70 secara mufradat dan mujmal
Jelaskanlah isi kandungan Qs. At-Thin/98 : 1-8
Jelaskanlah isi kandungan Qs. Al- Isra’ : 70
2 Jam
2 Jam
Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Kom petensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
Tehnik Bentuk
Instrumen Contoh Instrumen
2.3 Menghafal QS at-Tin/95: 1-8 dan menulis khat
Naskhi QS Al- Isra’/17 : 70
2.4 Membaca secara tartil, mengartikan dan mema
hami ayat-ayat al-Qur’an tentang pertolongan
Allah (Q.S Al-Insyirah/94: 1-8 dan QS Yasin/36 : 8-9
* Menghafal QS At-Tin/95: 1-8
* Membaca
Qs.Al-Insyirah : 1-8 dan Q.s Yasin ; 8-9
*Mengartikan dan memahami Q.S Al-Insyirah : 1-8 dan Yasin : 8-9 tentang pertolongan Allah
Siswa ditugaskan menghafal Q.S At-Thin : 1-8
*Siswa berlatih menulis khat naskhi Q.s Al-Isra’ : 70
*Salah seorang siswa membacakan dengan murattal Qs. Al-Insyirah : 1-8 dan Q.s Yasin : 8-9 diikuti
bersama-sama
*Mengidentifikasi tajwid
Dalam Q.S Qs.Al-Insyirah : 1-8 dan Q.s Yasin ; 8-9
*Siswa berlatih mengartikan Qs.Al-Insyirah : 1-8 dan Yasin : 8-9 secara mufradat dan mujmal
*Siswa mendiskusikan isi kandungan Q.S Al-Insyirah : 1-8 dan Q.s Yasin : 8-
*Mampu melafazkan hafalan Q.S At-Thin : 1-8 dengan murattal
*Mampu menulis khat naskhi Q.s Al-Isra’ : 70
*Mampu melafazkan ayat Q.S Al-Insyirah : 1-8 dan Q.s Yasin : 8-9 dengan murattal sesuai tajwid
*Dapat melafazkan bacaan Izhar yang terdapat dalam Qs.Al-Insyirah : 1-8 dan Q.s Yasin ; 8-9
*Mampu mengartikan kata-mufradat dan mujmal Q.S
Al-Insyirah : 1-8 dan Q.s Yasin : 8-9
*Menjelaskan isi kandungan Q.SAl-Insyirah : 1-8 dan Q.s Yasin : 8-9 Tes Lisan
Tes Perbuatan
Tes Lisan
Tes Lisan
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan/ Tertulis
Daftar pertanyaan
Praktek
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Lafazkanlah hafalan Q.S At-Thin : 1-8
Tulislah Q.S Al-Isra’ : 70 dengan khat naskhi
Lafazkanlah bacaan Q.s Al-Insyirah : 1-8 dan Q.S Yasin : 8-9 dengan murattal
Lafazkanlah bacaan Izhar syafawi dalam Qs.Al-Insyirah : 1-8 dan Q.s Yasin ; 8-9
Artikanlah Qs. Al-Insyirah : 1-8 dan Q.s Yasin : 8-9 secara mufradat dan mujmal
Jelaskan isi kandungan Q.S Al-Insyirah : 1-8
dan Q.s Yasin : 8
2 Jam
2 Jam
2 Jam
2 Jam Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Kom petensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
2.5 Menghafal
QS Al-Insyirah:1-8 dan QSYasin:8-9 dan menulis khat naskhi Q.SYasin/36 : 8-9
2.6 Membaca secara tartil mengartikan dan memahami isi
ayat-ayat al-Qur’an dan hadits
tentang shalat
dhuha (QS Adh-Dhuha/93 : 1-11
Menghafal QS Al-Insyirah:1-8 dan QSYasin:8-
9
Menulis khat naskhi QSYasin:8-9
* Membaca QS Adh-Dhuha/93 : 1-11 dan hadits tentang shalat dhuha
*Mengartikan dan memahami Q.S Adh-Dhuha/93 : 1-11
* Siswa menghafal QS Al-Insyirah:1-8 dan QSYasin:8-9
Siswa berlatih menulis Khat naskhi Q.S Yasin : 8-9
*Salah seorang siswa membacakan dengan murattal QS. Adh-Dhuha/93 : 1-11 dan diikuti bersama-sama
*Siswa berlatih mengartikan QS. Adh-Dhuha/93 : 1-11 secara mufradat dan mujmal
*Mampu melafazkan hafalan QS Al-Insyirah:1-8 dan Q.S Yasin ; 8-9
Mampu menuliskhat naskhi S. Yasin : 8-9
*Mampu melafazkan Q.S. Adh-Dhuha/93 : 1-11 dengan murattal sesuai tajwid
*Mampu mengartikan kata mufradat dan mujmal Q.S Dhuha/93 : 1-11
*Mampu mengartikan hadits tentang shalat dhuha secara mujmal
Mampu menjelaskan isi kandungan Q.S Dhuha :1-11
Tes Lisan
Tes Perbuatan
Tes Lisan
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan/ Tertulis
Daftar Pertanyaan
Praktek
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan Lafazkanlah hafalan QS Al-Insyirah:1-8 dan
Q.SYasin:8-9
Tulislah Q.S Yasin : 8-9 dengan khat naskhi
Lafazkanlah QS. Adh-Dhuha/93 : 1-11 dan dengan murattal sesuai tajwid
Artikanlah Q.S. Dhuha/93 : 1-11 secara mufradat dan mujmal
Artikanlah hadits tentang shalat dhuha
Jelaskanlah isi kandungan QS. Adh-Dhuha/93 : 1-11
2 Jam
2 Jam
2 Jam Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Buku Fiqih Islam Lengkap
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
2.7 Mempraktekan shalat dhuha dalam kehidupan
sehari-hari
2.8Menghafal QS adh-Dhuha : 1-11 dan menulis
Khat naskhi hadits tentang fadhilah shalat dhuha
* Praktek shalat Dhuha
*Menghafal QS adh-Dhuha : 1-
11
*Menulis khat nakhi hadits tentang fadhila shalat dhuha
* Siswa berlatih praktek shalat dhuha (tata cara shalat dhuha)
*Siswa menghafal QS Adh-Dhuha : 1-11
*Siswa berlatih menulis khat naskhi hadits tentang fadhilah shalat dhuha
*Mampu mempraktikan shalat dhuha
*Mampu melafazkan hafalan Q.S Adh-dhuha : 1-11
*Mampu menulis khat naskhi Hadits tentang fadhilah shalat dhuha
Tes Perbuatan
Tes Lisan
Tes Perbuatan Praktek
Daftar Pertanyaan
Praktek
Praktekanlah tata cara shalat dhuha
Lafazkanlah hafalan Q.S Adh-dhuha : 1-11
Tulislah Hadits nabi tentang fadhilah shalat dhuha dengan khat naskhi
2 Jam
2 Jam
2 Jam Buku ilmu Fiqih Islam Lengkap
Al-Qur’an
dan terjemahnya
Buku panduan
Menulis khat
Mengetahui :
Kepala SMA N 1 Gunung Talang.
Drs. ASRIJAL, MM
Nip. 19620216 198602 1 001
Cupak, 2011
Guru Mata Pelajaran
1. Drs. ALI IMRAN ...................................
2. Dra. Hj. DARNIS ....................................
3. NOFRIZA, S.Pd.I ...................................
SILABUS
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Gunung Talang
Mata Pelajaran : Pendidikan Al-Qur’an
Kelas / Semester : XI /1
Standar Kompetensi : Mengklasifikasikankan ayat-ayat al-Qur’an tentang Akhlaq
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
1.1Membaca secara tartil, mengartikan dan memahami isi ayat-ayat al-Qur'an tentang akhlak mazmumah (QS. Al-Humazah/104: 1-9 dan QS. At-Taubah/9: 35 . Membaca QS Al-Humazah /
104 : 1-9 dan
Q.S At-Taubah : 35
Mengartikan
Q.S Al-Humazah
: 1-9 dan Q.S At-Taubah : 35
Memahami
Q.S Al-Humazah
: 1-9 dan Q.S At-Taubah : 35 *Salah seorang siswa membacakan Q.S Al-Hu
mazah/104 : 1-9 dan Q.S At-Taubah : 35 dengan murattal dan dikuti bersama-sama
*Mengidentifikasi bacaan
Nun mati atau tanwin dan mim mati yang terdapat dalam Q.S Al-Humazah/
104 : 1-9 dan
Q.S At-Taubah : 35
*Siswa berlatih mengartikan Q.S
Al-Humazah /104:--1-9
dan Q.S At-Taubah : 35
*Siswa mendiskusikan isi kandungan Q.S
Al-Humazah /
104 : 1-9 dan
Q.S At-Taubah : 35 *Melafazkan Q.S
Al-Humazah /
104 : 1-9 dan
Q.S At-Taubah : 35 dengan murattal
*Melafazkan contoh bacaan idgham yang terdapat dalam Q.S Al-Humazah :1-9
*Melafazkan bacaan izhar syafawi dalam Q.S At-Taubah : 35
*Mengartikan kata mufradat dan mujmal Q.S Al-Humazah /
104 : 1-9 dan
Q.S At-Taubah : 35
*Dapat menjelaskan isi kandungan Q.S Al-Humazah ; 1-9 dan
Q.S At-Taubah : 35 Tes Lisan
Tes Lisan
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan/ Tertulis
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan Lafazkanlah Q.S
Al-Humazah /
104 : 1-9 dan
Q.S At-Taubah : 35 dengan murattal
Lafazkanlah bacaan idgham dalam
Q.S Al-Humazah :1-9
Lafazkanlah bacaan Izhar syafawi dalam
Q.S Al-Humazah :1-9
Artikanlah Q.S
Al-Humazah /104 ; 1-9
dan Q.S At-Taubah : 35
Jelaskanlah isi kandungan Q.S Al-Humazah : 1-9 dan
Q.S At-Taubah : 35 2 Jam
2 Jam Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
1.2 Menghafal Q.S al-Humazah/104 : 1-9 dan Q.S At-Taubah/9 : 35 dan menulis khat naskhi Q.S At-Taubah :35
1.3 Membaca secara tartil, mengartikan dan memahami isi ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits tentang manajemen waktu ( Q.S al-’Ashar/103 : 1-3 dan Q.S Al-Anbiya’/21 : 1-2 ) * Menghafal Q.S Al-Humazah/104 : 1-9 dan Q.S At-Taubah/9 : 35
*Menulis Q.S At-Taubah/9 : 35
*Membaca Q.S al-’Ashar/103 : 1-3 dan Q.S Al-Anbiya’/21 : 1-2
*Mengartikan Q.S Al-’Ashar/103 : 1-3 dan Q.S Al-Anbiya’/21 : 1-2
*Siswa ditugaskan menghafal Q.S al-Humazah/104 : 1-9 dan Q.S At-Taubah/9 : 35
*Siswa berlatih menulis khat naskhi Q.S At-Taubah/9 : 35
* Salah seorang siswa membacakan Q.S Al-’Ashar: 1-3 dan Q.S Al-Anbiya’: 1-2
dengan murattal
*Mengidentifikasi tajwid Q.S Al-’Ashar: 1-3 dan Q.S Al-Anbiya’/21 : 1-2
Siswa mengartikan Q.S Al-’Ashar/103 : 1-3 dan Q.S Al-Anbiya’/21 : 1-2 secara mufradat dan mujmal
*Siswa mendiskusikan isi kandungan Q.S al-’Ashar/103 : 1-3 dan Q.S Al-Anbiya’ : 1-2 tentang manajeman waktu * Dapat melafazkan hafalan Q.S Al-Humazah : 1-9 dan Q.S At-Taubah/9 : 3
*Dapat menulis khat naskhi Q.S At-Taubah/9 : 35
*Melafazkan bacaan Q.S Al-’Ashar : 1-3 dan Q.S Al-Anbiya’/21 : 1-2
Dengan murattal
* Melafazkan huruf shafir, istithalah dan Qalqalah dalam Q.S al-’Ashar 1-3 dan Q.S Al-Anbiya’/21 : 1-2
*Mengartikan mufradat mujmal Q.S Al-’Ashar: 1-3 dan Q.S Al-Anbiya’/21 : 1-2
*Menjelaskan isi kandungan kandungan Q.S al-’Ashar/103 : 1-3 dan Q.S Al-Anbiya’/21 : 1-2
Tes Lisan
Tes Perbuatan
Tes Lisan
Tes Lisan
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan/ Tertulis
Daftar Pertanyaan
Praktek
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan Lafazkanlah hafalan Q.S al-Humazah/104 : 1-9 dan Q.S At-Taubah/9 : 35
Tulislah Q.S At-Taubah/9 : 35 dengan khat naskhi
Lafazkanlah bacaan Q.S Al-’Ashar : 1-3 dan Q.S Al-Anbiya’/21 : 1-2
Lafazkanlah huruf shafir Q.S Al-’Ashar : 1-3
Lafazkan huruf Qalqalah dan istithalah Q.S Al-Anbiya’ : 1-2
Artikanlah Q.S al-’Ashar/103 : 1-3 dan Q.S Al-Anbiya’/21 : 1-2
Jelaskanlah isi kandunagn Q.S al-’Ashar/103 : 1-3 dan Q.S Al-Anbiya’/21 : 1-2 2 Jam
2 Jam
2 Jam
2 Jam Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
1.4 Menghafal dan menulis khat naskhi Q.S Al-’Ashar/103 : 1-3
1.5 Membaca secara tartil ,mengartikan dan memahami isi ayat-ayat al-Qur’an tentang cinta harta (Q.S.At-Takatsur/102 :1-8 dan Q.s al-Munafiqun/63 :9 )
* Menghafal dan menulis khat naskhi Q.S al-’Ashar/103 : 1-3
*Membaca Q.S.At-Takatsur/102 :1-8 dan Q.s al-Munafiqun/63 : 9
*Mengartikan
Q.s.at-Takatsur/102 :1-8 dan Q.s al-Munafiqun/63 :9
*Siswa ditugaskan menghafal dan menulis Khat naskhi Q.S Al-’Ashar/103 : 1-3
* Salah seorang siswa membacakan Q.S.At-Takatsur/102 :1-8 dan Q.s al-Munafiqun/63 : 9
dengan murattal dan diikuti bersama-sama
*Mengidentifikasi tajwid yang terdapat pada Q.S.At-Takatsur:1-8 dan Q.S Al-Munafiqun : 9
*Siswa berlatih mengartikan Q.S at-Takatsur : 1-8 dan Q.S Al-Munafiqun : 9 secara mufradat dan mujmal
*Siswa mendiskusikan isi kandungan Q.S.At-Takatsur :1-8 dan Q.S Al-Munafiqun : 9 *Melafazkan hafalan Q.S Al-’Ashar : 1-3
*Menulis khat naskhi Q.S Al-’Ashar : 1-3
*Melafazkan bacaan Q.S.At-Takatsur:1-8 dan Q.S Al-Munafiqun : 9 dengan murattal sesuai tajwid
*Melafazkan mad wajib muttasil yang terdapat pada Q.S. Al-Munafiqun : 9
*Mengartikan kata mufradat dan mujmal Q.S.At-Takatsur :1-8 , Q.S Al-Munafiqun :9
*Menjelaskan akibat orang yang cinta harta sesuai kandungan Q.S.At-Takatsur :1-8 dan Q.S Al-Munafiq:9 Tes Lisan
Tes Perbuatan
Tes Lisan
Tes Lisan
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan/ Tertulis
Daftar Pertanyaan
Praktek
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan Lafazkanlah hafalan Q.S Al-’Ashar/103 : 1-3
Tulislah Q.S Al-’Ashr : 1-3 dengan khat naskhi
Lafazkanlah bacaan Q.S.At-Takatsur :1-8 dan Q.S al-Munafiqun: 9 sesuai tajwid
Lafazkanlah mad wajib muttasil dalam Q.S Al-Munafiqun : 9
Artikanlah Q.S.At-Takatsur :1-8 dan Q.S Al-Munafiqun : 9 secara mufradat dan mujmal
Jelaskan akibat orang yang cinta harta sesuai kandungan Q.S.At-Takatsur:1-8 dan QS.Munafiqun : 9 2 Jam
2 Jam
2 Jam
2 Jam
Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
1.6Menghafal Q.S At- Takatsur/102: 1-8 dan menulis khat naskhi Q.S Al- Munafiqun /63 : 9
1.7 Membaca secara tartil, mengartikan dan memahami isi ayat a-Qur’an tentang orang yang berpaling dari al-Qur’an (Q.S Thaha/20 : 124-127) *Menghafal Q.S At-Takatsur: 1-8
*Menulis khat naskhi Q.S Al-Munafiqun : 9
*Membaca Q.S Thaha/20: 124-127
*Mengartikan Q.S Thaha /20: 124-127
Memahami Q.S Thaha /20: 124-127
*Siswa menghafal Q.s at-Takatsur/102: 1-8
*Siswa berlatih menulis Khat naskhi Q.S al-Munafiqun/63 : 9
* Salah seorang siswa membacakan Q.S.Thaha : 124-127 dengan murattal
dan diikuti bersama-sama
*Mengidentifikasi tajwid yang terdapat pada Q.S Thaha : 124-127
*Siswa berlatih mengartikan Q.S Thaha : 124-127 secara mufradat dan mujmal
*Siswa mendiskusikan isi kandungan Q.S Thaha : 124-127
*Mampu melafazkan hafalan Q.S At-Takatsur: 1-8
*Menulis khat naskhi Q.S al-Munafiqun/63 : 9
*Melafazkan bacaan Q.s.Thaha : 124-127 dengan murattal sesuai tajwid
*Melafazkan bacaan Izhar dan Ikhfa dengan benar
*Mampu mengartikan Q.S Thaha : 124-127
Secara mufradat dan mujmal
*Menjelaskan akibat orang yang berpaling dari Al-Qur’an seperti terkandung dalam Q.S Thaha : 124-127
Tes Lisan
Tes Perbuatan
Tes Lisan
Tes Lisan
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan/ Tertulis
Daftar Pertanyaan
Praktek
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan Lafazkanlah hafalan Q.S At- Takatsur: 1-8
*Tulislah Q.S al-Munafiqun/63 : 9
dengan khat naskhi
*Lafazkanlah bacaan bacaan Q.s.Thaha : 124-127 dengan murattal sesuai tajwid
Lafazkanlah bacaan izhar dan ikhfa dalam Q.S Thaha : 124-127
*Artikan Q.S Thaha : 124-127 secara mufradat dan mujmal
*Jelaskanlah akibat orang yang berpaling dari Al-Qur’an seperti terkandung dalam Q.S Thaha : 124-127
2 Jam
2 Jam
2 Jam
2 Jam Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
1.8 Menghafal Q.S Thaha : 124-127 dan menulis naskhi Q.S Thaha : 124-127
* Menghafal Q.S Thaha : 124-127
* Menulis Q.S Thaha : 124-127
*Siswa ditugaskan menghafal Q.S Thaha : 124-127
* Siswa berlatih menulis khat naskhi Q.S Thaha : 124-127 * Melafazkan hafalan Q.S Thaha : 124-127
*Menulis khat naskhi Q.S Thaha : 124-127
Tes Lisan
Tes Perbuatan Daftar
Pertanyaan
Praktek *Lafazkanlan hafalan Q.S Thaha : 124-127
*Tulislah Q.S Thaha : 124-127 dengan khat nasklhi
2 Jam
2 Jam Al-Qur’an
dan terjemahnya
Buku panduan
Menulis khat
Mengetahui :
Kepala SMA N 1 Gunung Talang.
Drs. ASRIJAL, MM
Nip. 19620216 198602 1 001
Cupak, 2011
Guru Mata Pelajaran
1. Drs. ALI IMRAN ...................................
2. Dra. Hj. DARNIS ....................................
3. NOFRIZA, S.Pd.I ...................................
SILABUS
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Gunung Talang
Mata Pelajaran : Pendidikan Al-Qur’an ( PAQ )
Kelas / Semester : XI /2
Standar Kompetensi : Mengklasifikasikankan ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan ibadah dan akhlaq
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
2.1 Membaca setartil , mengartikan dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang timbangan amal (Q.S Al-Qari’ah/101 : 1-11 dan Q.S Al-Infithar/82 : 10-15)
*Membaca Q.S al-Qari’ah/101 : 1-11 dan Q.S al-Infithar/82 : 10-15
*Mengartikan Q.S Al-Qari’ah/101 : 1-11 dan Q.S Al-Infithar/82 : 10-15
*Salah seorang siswa membacakan Q.S al-Qari’ah : 1-11 dan Q.S al-Infithar: 10-15 dengan murattal dan dikuti bersama-sama
*Mengidentifikasi tajwid yang terdapat dalam Q.S Al-Qari’ah : 1-11 dan Q.S Al-Infithar : 10-15
*Siswa berlatih mengartikan Q.S Al-Qari’ah/101 : 1-11 dan Q.S Al-Infithar/82 : 10-15
Secara mufradat dan mujmal
*Melafazkan Q.S Al-Qari’ah/101 : 1-11 dan Q.S Al-Infithar/82 : 10-15 dengan murattal sesuai dengan tajwidnya
*Melafazkan huruf Tafasysyi ,Istithalah pada Q.S Al-Qari’ah : 1-11 dan Q.S Al-Infithar : 10-15
* Mengartikan Q.S Al-Qari’ah: 1-11 dan Q.S Al-Infithar: 10-15 secara mufradat dan mujmal
*Menjelaskan isi kandungan Q.S Al-Qari’ah: 1-11 dan QS Al-Infithar:10-15 Tes Lisan
Tes LIsan
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan/ Tertulis
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan Lafazkanlah bacaan Q.S Al-Qari’ah/101 : 1-11 dan Q.S al-Infithar/82 : 10-15 sesuai dengan tajwid
Lafazkanlah huruf Tafasysyi ,Istithalah dengan benar
Artikanlah Q.S Al-Qari’ah : 1-11 dan Q.S Al-Infithar : 10-15 secara mufradat dan mujmal
Jelaskan isi kandungan Q.S Al-Qari’ah : 1-11 dan
Q.S Al-Infithar : 10-15 2 Jam
2 Jam Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
2.2 Menghafal Q.S Al-Qari’ah : 1-11 dan menulis khat naskhi Q.S Al-Infithar : 10-15
2.3 Membaca secara tartil , mengartikan dan memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang akhlak mazmumah (Q.S al-‘Adiyat/100 : 1-11 dan Ali-Imran/3 : 180)
* Menghafal Q.S Al-Qari’ah : 1-11
*Menulis khat naskhi Q.S Al-Infithar : 10-15
*Membaca Q.S al-‘Adiyat/100 : 1-11 dan Ali-Imran/3 : 180
*Mengartikan Q.S Al-‘Adiyat/100 : 1-11 dan Ali-Imran/3 : 180 *Siswa ditugaskan menghafal Q.S Al-Qari’ah : 1-11
*Siswa berlatih menulis khat naskhi Q.SAl-Infithar : 10-15
*Salah seorang siswa membacakan Q.S al-‘Adiyat/100 : 1-11 dan Ali-Imran/3 : 180 dengan murattal dan diikuti bersama-sama
*Mengidentifikasi tajwid yang terdapat dalam Q.S al-‘Adiyat/100 : 1-11 dan Ali-Imran/3 : 180
*Siswa berlatih mengartikan Q.S al-‘Adiyat/100 : 1-11 dan Ali-Imran/3 “: 180 *Melafazkan hafalan Q.S Al-Qari’ah : 1-11
*Menulis Q.S Al-Infithar : 10-15 dengan khat naskhi
*Melafazkan bacaan Q.S al-‘Adiyat/100 : 1-11 dan Ali-Imran/3 : 180 dengan murattal sesuai tajwidnya
*Melafazkan mad Iwadh yang terdapat pada Q.S Al-‘Adiyat : 1-11
Mengartikan Q.S Al-‘Adiyat : 1-11 dan Ali-Imran : 180 secara mufradat dan mujmal
Menjelaskan isi kandungan Q.S al-‘Adiyat: 1-11 dan Ali-Imran : 180 Tes Lisan
Tes Perbuatan
Tes Lisan
Tes Lisan
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan/ Tertulis Daftar Pertanyaan
Praktek
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan Lafazkanlah hafalan Q.S Al-Qari’ah : 1-11
Tulislah Q.S Al-Infithar : 10-15 dengan khat naskhi
Lafazkanlah bacaan Q.S Al-‘Adiyat/100 : 1-11 dan Ali-Imran/3 “: 180 dengan murattal sesuai tajwidnya
Lafazkanlah bacaan mad iwadh dalam Q.S Al’Adiyat : 1-11
Artikanlah Q.S Al-‘Adiyat : 1-11 dan Ali-Imran : 180 secara mufradat dan mujmal
Jelaskanlah isi kandungan Q.S Al-‘Adiyat : 1-11 dan Q.S Ali-Imran : 180 2 Jam
2 Jam
2 Jam
2 Jam Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
2.4 Menghindari akhlak mazmumah dalam kehidupan sehari-hari
2.5 Menghafal Q.S Al-‘Adiyat : 1-11 dan menulis khat naskhi Q.S Ali-Imran : 180
2.6 Membaca secara tartil, mengartikan dan memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang akhlak mahmudah (Q.S Al-Bayyinah/98 : 1-8 dan Q.s Al-Hijr/15 : 39-40) *Pengertian ,
Contoh dan bahaya Akhlak Mazmumah
*Menghafal Q.S Al-‘Adiyat : 1-11 *Menulis khat naskhi Q.S Ali-Imran : 180
*Membaca Q.S Al-Bayyinah/98 : 1-8 dan Q.S Al-Hijr/15 : 39-40
*Mendiskusikan pengertian, contoh-contoh dan bahaya akhlakul mazmumah
*Siswa menghafal Q.S Al-‘Adiyat : 1-11
*Siswa berlatih menulis Khat Naskhi Q.S Ali –Imran : 180
*Salah seorang siswa membacakan Q.S al-Bayyinah : 1-8 dan Q.s al-Hijr : 39-40 dengan murattal dan diikuti secara bersama-sama
*Mengidentifikasi tajwid yang terdapat dalam Q.S al-Bayyinah/98 : 1-8 dan Q.s al-Hijr/15 : 39-40
*Menyebutkan pengertian ,contoh
akhlak mazmumah
*Menjelaskan bahaya akhlakul mazmumah
Melafazkan hafalan Q.S Al-‘adiyat : 1-11
Mampu menulis khat naskhi Q.S Ali –Imran : 180
*Melafazkan bacaan nun mati dan mim mati pada Q.S Al-Bayyinah: 1-8 dan Q.s Al-Hijr : 39 -40 dengan murattal
*Menyebutkan arti Q.S al-Bayyinah : 1-8 dan Q.s al-Hij : 39-40 secara mufradat dan mujmal Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan
Tes Perbuatan
Tes Lisan
Tes Lisan/ Tertulis
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Praktek
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan Sebutkan pengertian dan contoh akhlak mazmumah
Jelaskanlah bahaya akhlakul mazmumah
Lafazkanlah hafalan Q.S Al-‘adiyat : 1-11
Tulislah Q.S Ali –Imran : 180 dengankhat naskhi
Lafazkanlah bacaan nun mati yang terdapat pada Q.S Al-Bayyinah: 1-8 dan Q.S Al-Hijr : 39-40
*Artikanlah Q.S Al-Bayyinah: 1-8 dan Q.S Al-Hijr : 39-40 secara mufradat dan mujmal 2 Jam
2 Jam
2 Jam
2 Jam
2 Jam
Buku panduan
Menulis khat
Al-Qur’an
dan terjemahnya
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
2.7 Mempraktekan akhlak mahmudah dalam kehidupan sehari-hari
2.8 Menghafal Q.S al-Bayyinah : 1-8 dan menulis khat naskhi Q.S al-Hijr : 39-40
2.9 Membaca secara tartil, mengartikan dan memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang usaha manusia (Q.S Al-Lail/92 : 1-15
Pengertian dan contoh akhlak mahmudah
Menghafal Q.S Al-Bayyinah : 1-
8
* menulis khat naskhi Q.S Al-Hijr : 39-40
*Membaca Q.S Al-Lail/92 : 1-15
*Mengartikan Q.S Al-Lail/92 : 1-15
*Mendiskusikan pengertian, dan contoh Akhlak mahmudah
*Siswa ditugaskan menghafal Q.S al-Bayyinah : 1-8
*Siswa berlatih menulis khat naskhi Q.S al-Hijr : 39-40
*Salah seorang siswa membacakan Q.S Al-Lail/92 : 1-15 dengan murattal dan diikuti bersama-sama
*Berlatih mengartikan Q.S Al-Lail/92 : 1-15 secara mufradat dan mujmal
*Menyebutkan pengertian dan contoh akhlak mahmudah
*Melafazkan hafalan Q.S Al-Bayyinah : 1-8
*Menulis khat naskhi Q.S al-Hijr : 39-40
*Melafazkan bacaan Alif lam (huruf)Syam siyah , Qamariyah dan huruf shafir pada Lail/92 : 1-15 dengan
Benar
*Mengartikan secara mufradat dan mujmal Q.S Al-Lail/92 : 1-15
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan
Tes Perbuatan
Tes Lisan
Tes Lisan/ Tertulis
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Praktek
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Sebutkanlah pengertian dan contoh akhlak mahmudah
*Lafazkanlah hafalan Q.S al-Bayyinah : 1-8
*Tulislah Q.S al-Hijr : 39-40 dengan tulisan naskhi
*Lafazkanlah bacaan huruf Syamsiyah, Qamariyah dan shafir pada Q.S Al-Lail/92 : 1-15 dengan benar
Artikanlah Q.S Al-Lail : 1-15 secara mufradat dan mujmal
Menjelaskan isi kandungan Q.S Al-Lail/92 : 1-15
2 Jam
2 Jam
2 Jam
2 Jam Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
2.10. Menghafal Q.S Al-Lail /92 : 1-15 dan menulis khat naskhi Q.S al-Lail/92 : 1-10
*Menghafal Q.S al-Lail/92 : 1-10
*Menulis khat naskhi Q.S Al-Lail/92 : 1-10 *Siswa ditugaskan menghafal Q.S Al-Lail/92 : 1-10
*Siswa berlatih menulis khat naskhi Q.S al-Lail/92 : 1-10 *Melafazkan hafalan Q.S Al-Lail/92 : 1-10
*Menulis khat naskhi Q.S Al-Lail/92 : 1-10 Tes Lisan
Tes Perbuatan
Daftar Pertanyaan
Praktek *Lafazkanlah hafalan Q.S Al-Lail/92 : 1-10 dengan murattal
*Tulislah Q.S Al-Lail/92 : 1-10 2 Jam
2 Jam Al-Qur’an
dan terjemahnya
Buku panduan
Menulis khat
Mengetahui :
Kepala SMA N 1 Gunung Talang.
Drs. ASRIJAL, MM
Nip. 19620216 198602 1 001
Cupak, 2011
Guru Mata Pelajaran
1. Drs. ALI IMRAN ...................................
2. Dra. Hj. DARNIS ....................................
3. NOFRIZA, S.Pd.I ...................................
SILABUS
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Gunung Talang
Mata Pelajaran : Pendidikan Al-Qur’an
Kelas / Semester : XII /1
Standar Kompetensi : Mengklasifikasikankan ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungn dengan aqidah ibadah dan akhlaq
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
1.1 Membaca secara tartil, mengartikan dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang sifat orang kafir (Q.S Al-Kafirun/109 : 1-6 dan Q.S Az-Zumar/39 : 71-72
*Membaca Q.S Al-Kafirun/109 : 1-6 dan Q.S Az-Zumar/39 : 71-72
*Mengartikan Q.S Al-Kafirun/109 : 1-6 dan Q.S Az-Zumar/39 : 71-72 *Salah seorang siswa membacakan Q.S Al-Kafirun/109 : 1-6 dan Q.S Az-Zumar/39 : 71-72 dengan murattal dan diikuti bersama-sama
*Mengidentifikasi tajwid yang terdapat dalam Q.S Al-Kafirun/109 : 1-6 dan Q.S Az-Zumar/39 : 71-72
*Siswa berlatih mengartikan Q.S al-Kafirun/109 : 1-6 dan Q.S Az-Zumar/39 : 71-72 secara mufradat dan mujmal *Melafazkan bacaan Q.S Al-Kafirun/109 : 1-6 dan Q.S Az-Zumar/39 : 71-72 dengan murattal sesuai dengan tajwid
Melafazkan bacaan nun mati atau tanwin dalam Q.S Al-Kafirun: 1-6 dan Q.S Az-Zumar : 71-72
*Mengartikan secara mufradat dan mujmal Q.S Al-Kafirun/109 : 1-6 dan Q.S Az-Zumar/39 : 71-72 Tes Lisan
Tes Lisan
Tes Lisan/ Tertulis
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan *Lafazkanlah bacaan Q.S Al-Kafirun/109 : 1-6 dan Q.S Az-Zumar/39 : 71-72 dengan murattal sesuai dengan tajwid
* Lafazkanlah bacaan mad jaiz munfasil dalam Q.S Al-Kafirun/109 : 1-6
*Artikanlah Q.S Al-Kafirun/109 : 1-6 dan Q.S Az-Zumar/39 : 71-72 secara mufradat dan mujmal 2 Jam
2 Jam Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Bentuk Instrumen
1.2 Menghafal Q.S Al-Kafirun109 : 1-6 dan Q.S Az-Zumar/39 : 71-72
1.3 Membaca secara tartil, mengartikan dan memahami isi ayat-ayat al-Qur’an tentang melalaikan shalat ( Q.S Al-Ma’un/ 107 : 1-7 dan Q.S Al-Muddatsir/74 : 42-43
* Menghafal Q.s al-Kafirun109 : 1-6 dan Q.S az-Zumar/39 : 71-72
*Membaca Q.S Al-Ma’un/107 : 1-7 dan Q.S Al-Muddatsir/74 : 42-43
*Mengartikan Q.S Al-Ma’un/107 : 1-7 dan Q.S Al-Muddatsir/74 : 42-43
*Mendiskusikan isi kandungan Q.s al-Kafirun/109 : 1-6 dan Q.S az-Zumar/39 : 71-72
*Siswa ditugaskan menghafal Q.s al-Kafirun109 : 1-6 dan Q.S az-Zumar/39 : 71-72
*Salah seorang siswa membacakan Q.S Al-Ma’un/107 : 1-7 dan Q.S Al-Muddatsir/74 : 42-43 dengan murattal dan diikuti bersama-sama
*Siswa berlatih mengartikan Q.S Al-Ma’un/107 : 1-7 dan Q.S Al-Muddatsir/74 : 42-43
Secara mufrat dan mujmal *Menjelaskan sikap seorang muslim terhadap orang kafir dalam masalah aqidah
*Melafazkan hafalan Q.s al-Kafirun109 : 1-6 dan Q.S az-Zumar/39 : 71-72
Melafazkan sifat-sifat huruf dan tanda tasydid yang terdapat dalam Q.s Al-Ma’un : 1-7 dan Q.S Al-Muddatsir : 42-43
*Mengartikan Q.S Al-Ma’un/107 : 1-7 dan Q.S Al-Muddatsir/74 : 42-43
Secara mufradat dan mujmal
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan
Tes Lisan
Tes Lisan/ Tertulis
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan *Jelaskan sikap muslim terhadap orang kafir dalam masalah toleransi aqidah
*Lafazkanlah hafalan Q.s al-Kafirun109 : 1-6 dan Q.S az-Zumar/39 : 71-72
*Lafazkanlah sifat huruf istithalah dan shafir dalam dalam Q.S Al-Ma’un/107 : 1-7 dan Q.S Al-Muddatsir/74 : 42-43
Artikanlah mufradat Q.S Al-Ma’un : 1-7
Artikan Secara mujmal
Q.S Al-Muddatsir/74 : 42-43
2 Jam
2 Jam
2 Jam Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Bentuk Instrumen
1.4 Menghafal Q.S Al-Ma’un/107 :1-7 dan menulis khat naskhi Q.S Al-Mudadatsir/ : 42-43
1.5 Membaca secara tarti, mengartikan dan memahami isi ayat-ayat al-Qur’an tentang beribadah kepada Allah ( Q.S Quraiay/106 : 1-4 dan Q.S Al-Baqarah/2 : 21
* Menghafal Q.S Al-Ma’un/107 :1-7
*Menulis khat naskhi Q.S Al-Mudadatsir/ : 42-43
*Membaca Q.S Quraiay/106 : 1-4 dan Q.s al-Baqarah/2 : 21
*Mengartikan dan memahami Q.S Quraiay : 1-4 dan Q.S Al-Baqarah/2 : 21 *Siswa ditugaskan menghafal Q.S Al-Ma’un/107 :1-7
*Siswa berlatih menulis khat naskhi Q.S Al-Mudadatsir/ : 42-43
*Salah seorang siswa membacakan Q.S Q.S Quraiay/106 : 1-4 dan Q.s al-Baqarah/2 : 21 dengan murattal dan dikuti bersama-sama
*Mengidentifikasi tajwid yang terdapat dalam Q.S Quraiay/106 : 1-4 dan Q.s al-Baqarah/2 : 21
*Siswa berlatih mengartikan Q.S Quraiay/106 : 1-4 dan Q.s al-Baqarah/2 : 21 secara mufrat dan mujmal
*Melafazkan hafalan Q.S Al-Ma’un : 1-7
*Menulis khat naskhi Q.S Al-Mudadatsir/ : 42-43
Melafazkan mad Lain dan ‘Aridh lissukun yang terdapat pada Q.S Quraisy/106 : 1-4 dan Q.S Al-Baqarah/2 : 21
*Mengartikan secara mufradat dan mujmal Q.S Quraiay : 1-4 dan Q.S Al-Baqarah/2 : 21
Tes Lisan
Tes Perbuatan
Tes Lisan
Tes Lisan/ Tertulis
Daftar Pertanyaan
Daftar
Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
*Lafazkanlah hafalan Q.s al-Ma’un/107 :1-7 secara murattal sesuai tajwid
*Tulislah dengan khat naskhi
*Lafazkanlah bacaan mad Lain dan ‘Aridh Lissukun dalam Q.S Quraisy: 1-4 dan Q.S Al-Baqarah/2 : 21
*Artikanlah .QS Quraiay/106 : 1-4 dan Q.S Al-Baqarah/2 : 21
Secara mufradat dan mujmal
2 jam
2 Jam
2 Jam
2 Jam Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Bentuk Instrumen
1.6 Menghafal Q.S Quraisy/106 : 1-4 dan Q.s al-Baqarah/2 : 21 dan menulis khat naskhi Q.S Quraisy : 1-4
1.7 Membaca secara tartil, mengartikan dan memahami isi ayat-ayat al-Qur’an tentang bahaya dusta dan sombong ( Q.S Al-Fiil/: 1-5 dan Al-A’raf : 40-41 *Memahami Q.S Quraisy/106 : 1-4 dan Q.s al-Baqarah/2 : 21
* Menghafal Q.S Quraisy ; 1-4 dan Q.S Al-Baqarah/2 : 21
*Menulis khat naskhi Q.S Quraisy : 1-4
*Membaca Q.S Al-Fiil/: 1-5 dan Al-A’raf : 40-41
*Siswa mendiskusikan isi kandungan Q.S Quraisy : 1-4 dan Q.s al-Baqarah : 21 dan menyimpulkannya secara teratur
*siswa ditugaskan menghafal Q.S Quraisy/106 : 1-4 dan Q.s al-Baqarah/2 : 21
*Siswa berlatih menulis khat naskhi Q.s Quraisy : 1-4
*Salah seorang siswa membacakan Q.S Al-Fil/: 1-5 dan Al-A’raf : 40-41 dengan murattal dan diikuti bersama-sama
*Mengidentifikasi tajwid yang terdapat dalam Q.S Al-Fiil/: 1-5 dan Al-A’raf : 40-41 *Menjelaskan isi kandungan Q.S Quraisy/106 : 1-4 dan Q.s al-Baqarah/2 : 21
*Melafazkan hafalan Q.S Quraisy/106 : 1-4 dan Q.s al-Baqarah/2 : 21 dengan murattal sesuai tajwid
*Menulis khat naskhi Q.s Quraisy : 1-4
*Melafazkan bacaan Q.S Al-Fiil/: 1-5 dan Al-A’raf : 40-41 dengan murattal sesuai tajwidnya
*Mampu melafazkan sifat-sifat huruf shafir dan Tafasysyi dengan benar
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan
Tes Perbuatan
Tes Lisan
Tes Lisan Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan * Jelaskanlah isi kandungan Q.S Quraisy/106 : 1-4 dan Q.s al-Baqarah/2 : 21
*Lafazkanlah hafalan Quraisy/106 : 1-4 dan Q.s al-Baqarah/2 : 21 dengan murattal
*Tulislah Q.S Quraisy : 1-4 dengan khat naskhi
*Lafazkanlah bacaan bacaan Q.S Al-Fiil/: 1-5 dan Al-A’raf : 40-41 dengan murattal sesuai tajwidnya
*Lafazkanlah sifat huruf shafir dan tafasysyi dalam Q.S Al-Fiil/: 1-5 dan Al-A’raf : 40-41
2 Jam
2 Jam
2 Jam Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Bentuk Instrumen
1.8 Menghafal Q.S Al-Fiil : 1-5 dan Q.S Al-A’raf : : 40-41 dan menulis khat naskhi Q.S Al-A’raf : 40-41
*Mengartikan Q.S Al-Fiil/: 1-5 dan Al-A’raf : 40-41
* Menghafal Q.S Al-Fil : 1-5
*Menulis khat naskhi Q.S Al-A’raf : 40-41
*Siswa berlatih mengartikan Q.S Al-Fiil/: 1-5 dan Al-A’raf : 40-41 secara mufradat dan mujmal
*Mendiskusikan isi kandungan Q.S Al-Fiil/: 1-5 dan Al-A’raf : 40-41
*Siswa ditugaskan menghafal Q.S Al-Fil : 1-5
*Siswa berlatih menulis khat naskhi Q.S Al-A’raf : 40-41
*Mengartikan secara mufrdat dan mujmal Q.S Al-Fiil/: 1-5 dan Al-A’raf : 40-41
*Menjelaskan isi kandungan Q.S Al-Fiil/: 1-5 dan Al-A’raf : 40-41
*Melafazkan hafalan Q.S al-Fil : 1-5 dengan murattal sesuai tajwid
*Menulis khat naskhi Q.S Sl-A’raf : 40-41
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan
Tes Lisan Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
*Sebutkanlah arti mufradat Q.S Al-Fiil/: 1-5 dan Al-A’raf : 40-41
*Jelaskanlah isi kandungan Q.S Al-Fiil/: 1-5 dan Al-A’raf : 40-41
*Lafazkanlah hafalan Q.S al-Fil : 1-5 dengan murattal sesuai tajwid
*Tulislah Q.S Al-A’raf : 40-41 dengan khat naskhi
2 Jam
2 Jam
2 Jam Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Bentuk Instrumen
1.9 Membaca secara tartil , mengartikan dan memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang anjuran berzikir dan fadhikahnya ( Q.S Al-A’la/87 : 1-19 dan Al-Ahzab/33 : 41-42)
1.10 Mempraktekan dzikir dalam kehidupan sehari-hari *Membaca Q.S Al-A’la/87 : 1-19 dan Al-Ahzab/33 : 41-42
*Mengartikan Q.S Al-A’la/87 : 1-19 dan Al-Ahzab/33 : 41-42
*Praktek dzikir
*Salah seorang siswa membacakan Q.S Al-A’la/87 : 1-19 dan Al-Ahzab/33 : 41-42 dengan murattal dan dikuti bersama-sama
*Mengidentifikasi tajwid yang terdapat dalam QS.Al-A’la/87 : 1-19 dan Al-Ahzab/33 : 41-42
*Siswa berlatih mengartikan Q.S Al-A’la/87 : 1-19 dan Al-Ahzab/33 : 41-42
*Mendiskusikan isi kandungan Q.S Al-A’la/87 : 1-19 dan Al-Ahzab/33 : 41-42
*Siswa berlatih membaca dzikir Sesudah shalat beserta artinya
*Melafazkan bacaan QS.Al-A’la/87 : 1-19 dan Al-Ahzab/33 : 41-42 dengan murattal
*Melafazkan bacaan nun mati atau tanwin dengan benar
Mengartikan Q.S Al-A’la/87 : 1-19 dan Al-Ahzab/33 : 41-42
Secara mufradat dan mujmal
*Menjelaskan isi kandungan Q.S Al-A’la/87 : 1-19 dan al-Ahzab/33 : 41-42
*Melafazkan bacaan dzikir dengan benar
Tes Lisan
Tes Lisan
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Praktek *Lafazkanlah bacaan QS.al-A’la/87 : 1-19 dan al-Ahzab/33 : 41-42 dengan murattal
*Lafazkanlah bacaan tanwin yang terdapat dalam QS.al-A’la/87 : 1-19 dan al-Ahzab/33 : 41-42 dengan benar
*Artikanlah Q.S Al-A’la/87 : 1-19 dan Al-Ahzab/33 : 41-42
Secara mufradat dan mujmal
* Jelaskanlah isi kandungan Q.S Al-A’la/87 : 1-19 dan Al-Ahzab/33 : 41-42
*Lafazkan bacaan dzikir sesudah shalat
beserta artinya 2 Jam
2 Jam
2 Jam
2 Jam Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Tehnik Bentuk Instrumen Bentuk Instrumen
1.11 Menghafal Q.S Al-A’la : 1-19 dan menulis Q.S Al-Ahzab : 41-42
1.12 Membaca secara tartil, mengartikan dan memahami isi ayat-ayat al-Qur’an tentang pemeliharaan diri ( Q.S At-Thariq/86 : 1-17 dan Q.S Al-Infithar : 10
* Menghafal Q.s al-A’la : 1-19
*Menulis Q.S Al-Ahzab : 41-42
*Membaca Q.S At-Thariq/86 : 1-17 dan Q.S Al-Infithar : 10
*Mengartikan Q.S At-Thariq : 1-17 dan Q.S Al-Infithar : 10 *Siswa ditugaskan menghafal Q.S Al-A’la : 1-19
*Siswa berlatih menulis khat naskhi Q.S Al-Ahzab : 41-42
*salah seorang siswa membacakan Q.S At-Thariq/86 : 1-17 dan Q.S Al-Infithar : 10 dengan murattal dan dikuti bersama-sama
*Mengidentifikasi tajwid yang terdapat dalam Q.s at-Thariq/86 : 1-17 dan Q.S al-Infithar : 10
* Siswa berlatih mengartikan Q.S At-Thariq/86 : 1-17 dan Q.S Al-Infithar : 10 *Melafazkan hafalan Q.S Al-A’la : 1-19 dengan murattal sesuia tajwinya
*Menulis khat naskhi naskhi Q.S Al-Ahzab : 41-42
*Melafazkan bacaan Q.S At-Thariq/86 : 1-17 dan Q.S Al-Infithar : 10 dengan murattal sesuai dengan tajwidnya
*Melafazkan bacaan ikhfa dengan benar
*Mengartikan Q.S At-Thariq/86 : 1-17 dan Q.S Al-Infithar : 10 secara mufradat dan mujmal Tes Lisan
Tes Perbuatan
Tes Lisan
Tes Lisan
Tes Lisan/ Tertulis
Daftar Pertanyaan
Praktek
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan *Lafazkanlah hafalan Q.S Al-A’la : 1-19 dengan murattal sesuai tajwidnya
* Tulislah Q.S Al-Ahzab : 41-42 dengan khat naskhi
*Lafazkan bacaan Q.S At-Thariq/86 : 1-17 dan Q.S al-Infithar : 10
dengan murattal sesuai dengan tajwid
*Lafazkanlah bacaan ikhfa yang terdapat dalam Q.S at-Thariq : 1-17
*Artikanlah Q.S At-Thariq/86 : 1-17 dan Q.S al-Infithar : 10
Secara mufradat dan mujmal 2 Jam
2 Jam
2 Jam
2 Jam Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian
Alokasi Waktu
Tehnik Bentuk Instrumen Bentuk Instrumen
1.13 Menghafal Q.s At-Thariq/86 : 1-17 dan menulis khat naskhi Q.S Al-Infithar : 10
*Memahami Q.S At-Thariq/86 : 1-17 dan Q.S Al-Infithar : 10
*Menghafal Q.S At-Thariq/86 : 1-17
*Menulis khat naskhi Q.S Al-Infithar : 10 *Mendiskusikan isi kandungan Q.s at-Thariq/86 : 1-17 dan Q.S al-Infithar : 10
*Siswa ditugaskan menghafal Q.S At-Thariq/86 : 1-17
*siswa berlatih menulis khat naskhi Q.S al-Infithar : 10 Menjelaskan isi kandungan Q.S At-Thariq/86 : 1-17 dan Q.S Al-Infithar : 10
*Melafazkan bunyi hafalan Q.S At-Thariq/86 : 1-17
*Menulis khat naskhi Q.S Al-Infithar : 10
Tes Lisan/ Tertulis
Tes Lisan
Tes Perbuatan
Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Praktek *Jelaskanlah isi kandungan Q.S At-Thariq/86 : 1-17 dan Q.S Al-Infithar : 10
*Lafazkanlah hafalan Q.S At-Thariq/86 : 1-17
Tulislah Q.S Al-Infithar : 10 dengan khat naskhi
2 Jam
2 Jam Al-Qur’an dan Terjemahnya
Pelajaran
Ilmu Tajwid
Buku Tafsir Al-Qur’an
Buku panduan
Menulis khat
Mengetahui :
Kepala SMA N 1 Gunung Talang.
Drs. ASRIJAL, MM
Nip. 19620216 198602 1 001
Cupak, 2011
Guru Mata Pelajaran
1. Drs. ALI IMRAN ...................................
2. Dra. Hj. DARNIS ....................................
3. NOFRIZA, S.Pd.I ...................................
Senin, 31 Januari 2011
HIKMAH BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR
HIKMAH BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR
Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa pengertian yaitu: hukum, ketetapan,pemerintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar arti qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam qadar perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya. Firman Allah: lihat Al-Qur’an on line di google
Artinya: yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (QS .Al-Furqan ayat 2).
Untuk memperjelas pengertian qadha dan qadar, berikut ini dikemkakan contoh. Saat ini Abdurofi melanjutkan pelajarannya di SMK. Sebelum Abdurofi lahir, bahkan sejak zaman azali Allah telah menetapkan, bahwa seorang anak bernama Abdurofi akan melanjutkan pelajarannya di SMK. Ketetapan Allah di Zaman Azali disebut Qadha. Kenyataan bahwa saat terjadinya disebut qadar atau takdir. Dengan kata lain bahwa qadar adalah perwujudan dari qadha.
2. Hubungan antara Qadha dan Qadar
Pada uraian tentang pengertian qadha dan qadar dijelaskan bahwa antara qadha dan qadar selalu berhubungan erat . Qadha adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak zaman azali. Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan antara qadha qadar ibarat rencana dan perbuatan.
Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu sesuai dengan ketentuan-Nya. Di dalam surat Al-Hijr ayat 21 Allah berfirman, yang artinya sebagai berikut: lihat Al-Qur’an on line di google
Artinya ” Dan tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”
Orang kadang-kadang menggunakan istilah qadha dan qadar dengan satu istilah, yaitu
Qadar atau takdir. Jika ada orang terkena musibah, lalu orang tersebut mengatakan, ”sudah takdir”, maksudnya qadha dan qadar.
3.Kewajiban beriman kepada dan qadar
Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki yang berpakaian serba putih , rambutnya sangat hitam. Lelaki itu bertanya tentang Islam, Iman dan Ihsan. Tentang keimanan Rasulullah menjawab yang artinya: Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaekat-malaekat-Nya, kitab-kitab-Nya,rasul-rasulnya, hari akhir dan beriman pula kepada qadar(takdir) yang baik ataupun yang buruk. Lelaki tersebut berkata” Tuan benar”. (H.R. Muslim)
Lelaki itu adalah Malaekat Jibril yang sengaja datang untuk memberikan pelajaran agama kepada umat Nabi Muhammad SAW. Jawaban Rasulullah yang dibenarkan oleh Malaekat Jibril itu berisi rukun iman. Salah satunya dari rukun iman itu adalah iman kepada qadha dan qadar. Dengan demikian , bahwa mempercayai qadha dan qadar itu merupakan hati kita. Kita harus yakin dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan adalah atas kehendak Allah.
Sebagai orang beriman, kita harus rela menerima segala ketentuan Allah atas diri kita. Di dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman yang artinya: ” Siapa yang tidak ridha dengan qadha-Ku dan qadar-Ku dan tidak sabar terhadap bencana-Ku yang aku timpakan atasnya, maka hendaklah mencari Tuhan selain Aku. (H.R.Tabrani)
Takdir Allah merupakan iradah (kehendak) Allah. Oleh sebab itu takdir tidak selalu sesuai dengan keinginan kita. Tatkala takdir atas diri kita sesuai dengan keinginan kita, hendaklah kita beresyukur karena hal itu merupakan nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Ketika takdir yang kita alami tidak menyenangkan atau merupakan musibah, maka hendaklah kita terima dengan sabar dan ikhlas. Kita harus yakin, bahwa di balik musibah itu ada hikmah yang terkadang kita belum mengetahuinya. Allah Maha Mengetahui atas apa yang diperbuatnya.
4.Hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar
Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya. Berkaitan dengan qadha dan qadar, Rasulullah SAW bersabda yang artinya sebagai berikut yang artinya
”Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus malaekat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan hidupny) sengsara atau bahagia.” (HR.Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud).
Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.
Janganlah sekali-kali menjadikan takdir itu sebagai alasan untuk malas berusaha dan berbuat kejahatan. Pernah terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, seorang pencuri tertangkap dan dibawa kehadapan Khalifah Umar. ” Mengapa engkau mencuri?” tanya Khalifah. Pencuri itu menjawab, ”Memang Allah sudah mentakdirkan saya menjadi pencuri.”
Mendengar jawaban demikian, Khalifah Umar marah, lalu berkata, ” Pukul saja orang ini dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!.” Orang-orang yang ada disitu bertanya, ” Mengapa hukumnya diberatkan seperti itu?”Khalifah Umar menjawab, ”Ya, itulah yang setimpal. Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena berdusta atas nama Allah”.
Mengenai adanya kewajiban berikhtiar , ditegaskan dalam sebuah kisah. Pada zaman nabi Muhammad SAW pernah terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi. Orang itu datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia turun dari kudanya dan langsung menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi menegur orang itu, ”Kenapa kuda itu tidak engkau ikat?.” Orang Arab Badui itu menjawab, ”Biarlah, saya bertawakkal kepada Allah”. Nabi pun bersabda, ”Ikatlah kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada Allah”.
Dari kisah tersebut jelaslah bahwa walaupun Allah telah menentukan segala sesuatu, namun manusia tetap berkewajiban untuk berikhtiar. Kita tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi pada diri kita, oleh sebab itu kita harus berikhtiar. Jika ingin pandai, hendaklah belajar dengan tekun. Jika ingin kaya, bekerjalah dengan rajin setelah itu berdo’a. Dengan berdo’a kita kembalikan segala urusan kepada Allah kita kepada Allah SWT. Dengan demikian apapun yang terjadi kita dapat menerimanya dengan ridha dan ikhlas.
Mengenai hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar ini, para ulama berpendapat, bahwa takdir itu ada dua macam :
1.Takdir mua’llaq: yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contoh seorang siswa bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian. Dalam hal ini Allah berfirman: lihat Al-Qur’an on line di google
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. ( Q.S Ar-Ra’d ayat 11)
2.Takdir mubram; yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh. Ada orang yang dilahirkan dengan mata sipit , atau dilahirkan dengan kulit hitam sedangkan ibu dan bapaknya kulit putih dan sebagainya.
B.Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar
Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:
1.Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian
Firman Allah: lihat Al-Qur’an on line di google
Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan. ”( QS. An-Nahl ayat 53).
2.Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.
Firman Allah SWT: lihat Al-Qur’an on line di google
Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)
Sabda Rasulullah: yang artinya” Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.”( HR. Muslim)
3.Memupuk sifat optimis dan giat bekerja
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.
Firaman Allah: lihat Al-Qur’an on line di google
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77)
4.Menenangkan jiwa
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. lihat Al-Qur’an on line di google
Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa pengertian yaitu: hukum, ketetapan,pemerintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar arti qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam qadar perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya. Firman Allah: lihat Al-Qur’an on line di google
Artinya: yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (QS .Al-Furqan ayat 2).
Untuk memperjelas pengertian qadha dan qadar, berikut ini dikemkakan contoh. Saat ini Abdurofi melanjutkan pelajarannya di SMK. Sebelum Abdurofi lahir, bahkan sejak zaman azali Allah telah menetapkan, bahwa seorang anak bernama Abdurofi akan melanjutkan pelajarannya di SMK. Ketetapan Allah di Zaman Azali disebut Qadha. Kenyataan bahwa saat terjadinya disebut qadar atau takdir. Dengan kata lain bahwa qadar adalah perwujudan dari qadha.
2. Hubungan antara Qadha dan Qadar
Pada uraian tentang pengertian qadha dan qadar dijelaskan bahwa antara qadha dan qadar selalu berhubungan erat . Qadha adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak zaman azali. Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan antara qadha qadar ibarat rencana dan perbuatan.
Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu sesuai dengan ketentuan-Nya. Di dalam surat Al-Hijr ayat 21 Allah berfirman, yang artinya sebagai berikut: lihat Al-Qur’an on line di google
Artinya ” Dan tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”
Orang kadang-kadang menggunakan istilah qadha dan qadar dengan satu istilah, yaitu
Qadar atau takdir. Jika ada orang terkena musibah, lalu orang tersebut mengatakan, ”sudah takdir”, maksudnya qadha dan qadar.
3.Kewajiban beriman kepada dan qadar
Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki yang berpakaian serba putih , rambutnya sangat hitam. Lelaki itu bertanya tentang Islam, Iman dan Ihsan. Tentang keimanan Rasulullah menjawab yang artinya: Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaekat-malaekat-Nya, kitab-kitab-Nya,rasul-rasulnya, hari akhir dan beriman pula kepada qadar(takdir) yang baik ataupun yang buruk. Lelaki tersebut berkata” Tuan benar”. (H.R. Muslim)
Lelaki itu adalah Malaekat Jibril yang sengaja datang untuk memberikan pelajaran agama kepada umat Nabi Muhammad SAW. Jawaban Rasulullah yang dibenarkan oleh Malaekat Jibril itu berisi rukun iman. Salah satunya dari rukun iman itu adalah iman kepada qadha dan qadar. Dengan demikian , bahwa mempercayai qadha dan qadar itu merupakan hati kita. Kita harus yakin dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan adalah atas kehendak Allah.
Sebagai orang beriman, kita harus rela menerima segala ketentuan Allah atas diri kita. Di dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman yang artinya: ” Siapa yang tidak ridha dengan qadha-Ku dan qadar-Ku dan tidak sabar terhadap bencana-Ku yang aku timpakan atasnya, maka hendaklah mencari Tuhan selain Aku. (H.R.Tabrani)
Takdir Allah merupakan iradah (kehendak) Allah. Oleh sebab itu takdir tidak selalu sesuai dengan keinginan kita. Tatkala takdir atas diri kita sesuai dengan keinginan kita, hendaklah kita beresyukur karena hal itu merupakan nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Ketika takdir yang kita alami tidak menyenangkan atau merupakan musibah, maka hendaklah kita terima dengan sabar dan ikhlas. Kita harus yakin, bahwa di balik musibah itu ada hikmah yang terkadang kita belum mengetahuinya. Allah Maha Mengetahui atas apa yang diperbuatnya.
4.Hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar
Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya. Berkaitan dengan qadha dan qadar, Rasulullah SAW bersabda yang artinya sebagai berikut yang artinya
”Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus malaekat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan hidupny) sengsara atau bahagia.” (HR.Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud).
Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.
Janganlah sekali-kali menjadikan takdir itu sebagai alasan untuk malas berusaha dan berbuat kejahatan. Pernah terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, seorang pencuri tertangkap dan dibawa kehadapan Khalifah Umar. ” Mengapa engkau mencuri?” tanya Khalifah. Pencuri itu menjawab, ”Memang Allah sudah mentakdirkan saya menjadi pencuri.”
Mendengar jawaban demikian, Khalifah Umar marah, lalu berkata, ” Pukul saja orang ini dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!.” Orang-orang yang ada disitu bertanya, ” Mengapa hukumnya diberatkan seperti itu?”Khalifah Umar menjawab, ”Ya, itulah yang setimpal. Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena berdusta atas nama Allah”.
Mengenai adanya kewajiban berikhtiar , ditegaskan dalam sebuah kisah. Pada zaman nabi Muhammad SAW pernah terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi. Orang itu datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia turun dari kudanya dan langsung menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi menegur orang itu, ”Kenapa kuda itu tidak engkau ikat?.” Orang Arab Badui itu menjawab, ”Biarlah, saya bertawakkal kepada Allah”. Nabi pun bersabda, ”Ikatlah kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada Allah”.
Dari kisah tersebut jelaslah bahwa walaupun Allah telah menentukan segala sesuatu, namun manusia tetap berkewajiban untuk berikhtiar. Kita tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi pada diri kita, oleh sebab itu kita harus berikhtiar. Jika ingin pandai, hendaklah belajar dengan tekun. Jika ingin kaya, bekerjalah dengan rajin setelah itu berdo’a. Dengan berdo’a kita kembalikan segala urusan kepada Allah kita kepada Allah SWT. Dengan demikian apapun yang terjadi kita dapat menerimanya dengan ridha dan ikhlas.
Mengenai hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar ini, para ulama berpendapat, bahwa takdir itu ada dua macam :
1.Takdir mua’llaq: yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contoh seorang siswa bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian. Dalam hal ini Allah berfirman: lihat Al-Qur’an on line di google
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. ( Q.S Ar-Ra’d ayat 11)
2.Takdir mubram; yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh. Ada orang yang dilahirkan dengan mata sipit , atau dilahirkan dengan kulit hitam sedangkan ibu dan bapaknya kulit putih dan sebagainya.
B.Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar
Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:
1.Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian
Firman Allah: lihat Al-Qur’an on line di google
Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan. ”( QS. An-Nahl ayat 53).
2.Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.
Firman Allah SWT: lihat Al-Qur’an on line di google
Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)
Sabda Rasulullah: yang artinya” Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.”( HR. Muslim)
3.Memupuk sifat optimis dan giat bekerja
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.
Firaman Allah: lihat Al-Qur’an on line di google
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77)
4.Menenangkan jiwa
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. lihat Al-Qur’an on line di google
Sabtu, 29 Januari 2011
KETELADANAN RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH
KETELADANAN RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH
A. Nabi Muhammad sebagai seorang Rasul
Periode Mekkah berlangsung sejak diangkat Muhammad saw menjadi nabi dan rasul yang ditandai dengan turunnya wahyu pertama yaitul Alaq ayat 1-5 kepada beliau hingga menjelang hijrah Nabi Muhammad saw ke Madinah. Masa itu berlangsung selama +13 tahun yakni dari tahun 610 – 622M. Masa ini sangat berat dirasakan karena Rasulullah banyak mendapatkan rintangan, khususnya dari lingkungan masyarakat atau kaumnya. Setelah Nabi Muhammad saw, menerima wahyu kedua yaitu Surah Al Muddatstsir yang berbunyi:
Artinya: ” Hai orang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa( menyembah berhala) tingglkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh balasan yang lebih banyak. Dan untuk ( memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.” (Al Muddatstsir ayat 1-7)
1. Da’wah secara sembunyi-sembunyi.
Ayat diatas menunjukkan bahwa setiap rasul itu memang selalu rajin, ulet dan tidak cepat putus asa. Setelah surah ini turun, mulailah Rasulullah saw, berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Beliau terutama berdakwah kepada orang-orang yang terdekat dengan beliau, dan teman sejawat agar mereka lebih dulu percaya kepada seruannya dan mengikutinya. Tempat yang dipilih oleh beliau untuk berdakwah adalah rumah Al Arqam bin Abil Arqam Al Makhzumy. Para sahabat Nabi yang pertama masuk Islam adalah sebagai berikut :
a. Abu Bakar,
b. Siti Khadijah
c. Ali bin Abi Thalib
d. Zaid bin Haristah
Selain dari yang tersebut diatas, maka dengan bantuan Siti Khadijah dan Abu Bakar Siddiq dari hari ke hari bertambahlah orang-orang yang masuk yang beriman kepada seruan beliau, baik dari pihak lelaki maupun perempuan. Orang yang beriman itu terbagi tiga golongan hartawan, golongan bangsawan dan golongan hamba sahaya dan orang-orang desa. Mereka berdakwah secara sembunyi-sembunyi lebih kurang selama 3 tahun memeluk dan mengikuti seruan nabi Muhammad saw. Apabila mereka hendak mengerjakan ibadah kepada Allah, mereka harus pergi ke satu tempat yang jauh dari kota Mekkah seperti di celah-celah bukit, agar tidak diketahui oleh orang kafir. Mereka menyadari apabila dilihat oleh orang-orang kafir, mereka akan mendapat rintangan dan bahaya.
2. Syiar Secara Terang-Terangan
Tiga tahun kemudian sesudah kerasulannya, perintah Allah datang supaya ia mengumumkan ajaran yang masih disembunyikan itu, perintah Allah supaya disampaikan. Ketika itu wahyu datang:
“Dan berilah peringatan kepada keluarga-keluargamu yang dekat. Limpahkanlah kasih-sayang kepada orang-orang beriman yang mengikut kau. Kalaupun mereka tidak mau juga mengikuti kau, katakanlah, ‘Aku lepas tangan dari segala perbuatan kamu.’” (Qur’an 26: 214-216) “Sampaikanlah apa yang sudah diperintahkan kepadamu, dan tidak usah kauhiraukan orang-orang musyrik itu.”(Qur’an 15: 94)
Muhammad pun mengundang makan keluarga-keluarga itu ke rumahnya, dicobanya bicara dengan mereka dan mengajak mereka kepada Allah. Tetapi Abu Talib, pamannya, lalu menyetop pembicaraan itu. Ia mengajak orang-orang pergi meninggalkan tempat. Keesokan harinya sekali lagi Muhammad mengundang mereka. Selesai makan, katanya kepada mereka: “Saya tidak melihat ada seorang manusia di kalangan Arab ini dapat membawakan sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari yang saya bawakan kepada kamu sekalian ini. Kubawakan kepada kamu dunia dan akhirat yang terbaik. Tuhan telah menyuruh aku mengajak kamu sekalian. Siapa di antara kamu ini yang mau mendukungku dalam hal ini?” Mereka semua menolak, dan sudah bersiap-siap akan meninggalkannya. Tetapi tiba-tiba Ali bangkit - ketika itu ia masih anak-anak, belum lagi balig. “Rasulullah, saya akan membantumu,” katanya. “Saya adalah lawan siapa saja yang kautentang.” Banu Hasyim tersenyum, dan ada pula yang tertawa terbahak-bahak. Kemudian mereka semua pergi meninggalkannya dengan ejekan.
Sesudah itu Muhammad kemudian mengalihkan seruannya dari keluarga-keluarganya yang dekat kepada seluruh penduduk Mekah. Suatu hari ia naik ke Shafa2 dengan berseru: “Hai masyarakat Quraisy.” Tetapi orang Quraisy itu lalu membalas: “Muhammad bicara dari atas Shafa.” Mereka lalu datang berduyun-duyun sambil bertanya-tanya, “Ada apa?” “Bagaimana pendapatmu sekalian kalau kuberitahukan kamu, bahwa pada permukaan bukit ini ada pasukan berkuda. Percayakah kamu?” “Ya,” jawab mereka. “Engkau tidak pernah disangsikan. Belum pernah kami melihat engkau berdusta.” “Aku mengingatkan kamu sekalian, sebelum menghadapi siksa yang sungguh berat,” katanya, “Banu Abd’l-Muttalib, Banu Abd Manaf, Banu Zuhra, Banu Taim, Banu Makhzum dan Banu Asad Allah memerintahkan aku memberi peringatan kepada keluarga-keluargaku terdekat. Baik untuk kehidupan dunia atau akhirat. Tak ada sesuatu bahagian atau keuntungan yang dapat kuberikan kepada kamu, selain kamu ucapkan: Tak ada tuhan selain Allah.” Tetapi kemudian Abu Lahab berdiri sambil meneriakkan: “Celaka kau hari ini. Untuk ini kau kumpulkan kami?” Muhammad tak dapat bicara. Dilihatnya pamannya itu. Tetapi kemudian sesudah itu datang wahyu membawa firman Tuhan: “
Celakalah kedua tangan Abu Lahab, dan celakalah ia. Tak ada gunanya kekayaan dan usahanya itu. Api yang menjilat-jilat akan menggulungnya” (Qur’an 102:1-8)
Kemarahan Abu Lahab dan sikap permusuhan kalangan Quraisy yang lain tidak dapat merintangi tersebarnya dakwah Islam di kalangan penduduk Mekah itu. Setiap hari niscaya akan ada saja orang yang Islam - menyerahkan diri kepada Allah. Lebih-lebih mereka yang tidak terpesona oleh pengaruh dunia perdagangan untuk sekedar melepaskan renungan akan apa yang telah diserukan kepada mereka. Akan tetapi bagi Abu Lahab, Abu Sufyan dan bangsawan-bangsawan Quraisy terkemuka lainnya, hartawan-hartawan yang gemar bersenang-senang, mulai merasakan, bahwa ajaran Muhammad itu merupakan bahaya besar bagi kedudukan mereka. Jadi yang mula-mula harus mereka lakukan ialah menyerangnya dengan cara mendiskreditkannya, dan mendustakan segala apa yang dinamakannya kenabian itu.
Langkah pertama yang mereka lakukan dalam hal ini ialah membujuk penyair-penyair mereka: Abu Sufyan bin’l-Harith, ‘Amr bin’l-’Ash dan Abdullah ibn’z-Ziba’ra, supaya mengejek dan menyerangnya. Dalam pada itu penyair-penyair Muslimin juga tampil membalas serangan mereka tanpa Muhammad sendiri yang harus melayani.
Sementara itu, selain penyair-penyair itu beberapa orang tampil pula meminta kepada Muhammad beberapa mujizat yang akan dapat membuktikan kerasulannya: mujizat-mujizat seperti pada Musa dan Isa. Kenapa bukit-bukit Shafa dan Marwa itu tidak disulapnya menjadi emas, dan kitab yang dibicarakannya itu dalam bentuk tertulis diturunkan dari langit? Dan kenapa Jibril yang banyak dibicarakan oleh Muhammad itu tidak muncul di hadapan mereka? Kenapa dia tidak menghidupkan orang-orang yang sudah mati, menghalau bukit-bukit yang selama ini membuat Mekah terkurung karenanya? Kenapa ia tidak memancarkan mata air yang lebih sedap dari air sumur Zamzam, padahal ia tahu betapa besar hajat penduduk negerinya itu akan air?
Tidak hanya sampai disitu saja kaum musyrikin itu mau mengejeknya dalam soal-soal mujizat, malahan ejekan mereka makin menjadi-jadi, dengan menanyakan: kenapa Tuhannya itu tidak memberikan wahyu tentang harga barang-barang dagangan supaya mereka dapat mengadakan spekulasi buat hari depan? Debat mereka itu berkepanjangan. Tetapi wahyu yang datang kepada Muhammad menjawab debat mereka
“Katakanlah: ‘Aku tak berkuasa membawa kebaikan atau menolak bahaya untuk diriku sendiri, kalau tidak dengan kehendak Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib-gaib, niscaya kuperbanyak amal kebaikan itu dan bahayapun tidak menyentuhku. Tapi aku hanya memberi peringatan dan membawa berita gembira bagi mereka yang beriman.” (Qur’an 7: 188)
Perlindungan Abu Talib
Abu Talib pamannya belum lagi menganut Islam. Tetapi tetap ia sebagai pelindung dan penjaga kemenakannya itu. Ia sudah menyatakan kesediaannya akan membelanya. Atas dasar itu pemuka-pemuka bangsawan Quraisy - dengan diketahui oleh Abu Sufyan b. Harb - pergi menemui Abu Talib. “Abu Talib,” kata mereka, “kemenakanmu itu sudah memaki berhala-berhala kita, mencela agama kita, tidak menghargai harapan-harapan kita dan menganggap sesat nenek-moyang kita. Soalnya sekarang, harus kauhentikan dia; kalau tidak biarlah kami sendiri yang akan menghadapinya. Oleh karena engkau juga seperti kami tidak sejalan, maka cukuplah engkau dari pihak kami menghadapi dia.” Akan tetapi Abu Talib menjawab mereka dengan baik sekali.
Setelah Islam semakin kuat pengikutnya semakin banyak, Pada waktu berikutnya Abu Lahab, selalu membuat kegaduhan, yaitu menghasut orang Quresy supaya memusuhi Nabi Muhammad saw. Mereka mendatangi Abu Thalib, meminta agar melarang Nabi berda’wah. Permintaan itu dilaksanakan oleh Abu Thalib, lalu Nabi menjawab, ” ya pamanku, andaikata diletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan ditangan kiriku, aku tidak akan berhenti berda’wah.” Mulai waktu itu, Abu Thalib tidak berani lagi melarang Nabi untuk berda’wah.
Setelah usaha mereka gagal, orang Quraisy membawa seorang pemuda tampan kepada Abu Thalib, yang bernama Ammarah bin Al Walid bin Mughirah, mereka seraya berkata, ” Wahai Abu Thalib, ambillah ia menjadi anak saudara dan serahkan kepada kami Muhammad untuk kami bunuh sebab ia telah menentang kami dan memecah belah persatuan kami,” Usul kaum Quraisy tersebut dijawab oleh Abu Thalib, ” Jahat benar pikiran kamu, demi Tuhan, sekali-kali tidak bisa.”
Akhirnya tokoh-tokoh Quraisy bermufakat untuk memilih seorang yang fasih dan lancar bicara untuk membujuk Rasulullah. Utbah bin Rabi’ah pembicara ulung menghadap Nabi dan mengatakan, ” Ya Muhammad apa sebenarnya maksudmu menyiarkan agama baru ini, jika engkau bermaksud mencari pengaruh, berhentilah, kami akan mengangkatmu menjadi raja, kami tidak akan memutuskan suatu perkara tanpa seizin engkau. Apabila engkau ingin kekayaan, kami kumpulkan harta kekakyaan untukmu. Apabila engkau ingin wanita cantik, kami akan carikan untukmu atau barangkali engkau sakit, biarlah kami yang mengobati dengan kami sendiri, asalkan engkau berhenti da’wah.” Setelah Utbah bin Rabi’ah selesai bicara lalu ia diam dan penuh harap supaya Nabi menerima tawaran itu. Setelah itu, Nabi membacakan beberapa ayat Al Qur’an. Hati dan jiwa Utbah spontan menjadi lemah karena ayat Al Qur’an yang gaya bahasanya sangat indah.Ia tidak berkata apa-apa, lalu pulang dengan perasaan hampa dan kecewa, pada saat lain Utbah datang lagi untuk membujuk Nabi agar mau bergantian dalam peribatan, sekali menyembah Allah, sekali menyembah berhala, maka turunlah surat Al Kafirun ayat 1-6 yang berbunyi:
Artinya:Katakanlah: Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah, Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah, Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku ( Al Kafirun : 1-6).
Mengapa Kaum Kafir Quraisy begitu menentang misi Nab Muhammad SAW?
a. Sebab Islam dinilai mereka berbahaya dapat merubah tatanan yang ada, bahkan tidak mustahil akan menghilangkan status sosial dan pengaruh orang-orang tertentu di tengah mayarakat.
b. Ajaran yang dibawa Nabi MUhammad SAW merupakan koreki total terhadap penyimpangan akidah, membawa persamaan hak dan martabat manusia, memberantas taklid, kepercayaan nenek moyang dan menghapuskan perbudakan.
Metode-metode Kaum Kafir untuk menghalangi perjuangan Rasul
a. Mengejek, menghina, merendahkan, mendustakan, menertawakan. Targetnya adalah membuat kaum muslimin putus asa dan melemahkan emangat juangnya. Mereka menuduh Nabi MUhammad SAW sebagai orang gila. (QS al Hijr 6), sebagai tukang sihir dan pendusta (QS haad 4)
b. Menghalangi agar orang-rang tidak mau mendengarkan al Qur'an dan mengimbangi dengan dongengan rang-orang jaman dulu dan menyibukkannya.
c.Pemboikotan dan Propaganda
uraisy lalu membuat rencana lagi mengatur langkah berikutnya. Mereka sepakat bahkan secara tertulis untuk memboikot total terhadap Banu Hasyim dan Banu Abd’l-Muttalib: untuk tidak saling kawin-mengawinkan, tidak saling berjual-beli apapun. Piagam persetujuan ini kemudian digantungkan di dalam Ka’bah sebagai suatu pengukuhan dan registrasi bagi Ka’bah. Akan tetapi ternyata Muhammad sendiri malah makin teguh berpegang pada tuntunan Allah, juga keluarganya, dan mereka yang sudah berimanpun makin gigih mempertahankannya. Menyebarkan seruan Islam sampai keluar perbatasan Mekah itu pun tak dapat pula dihalang-halangi. Maka tersiarlah dakwah itu ke tengah-tengah masyarakat Arab dan kabilah-kabilah, sehingga membuat agama yang baru ini, yang tadinya hanya terkurung ditengah-tengah lingkaran gunung-gunung Mekah, kini berkumandang gemanya ke seluruh jazirah.
Mereka, kaum Quraisy itu, juga menyusun suatu alat propaganda anti Muhammad. Lebih gigih lagi mereka memikirkan hal ini sesudah orang-orang yang berziarah itu diajak juga oleh Rasul Saw supaya beribadat hanya kepada Allah yang Esa. Beberapa orang dari kalangan Quraisy berunding dan mengadakan pertemuan di rumah Walid bin’l-Mughira. Walid mengusulkan supaya kepada peziarah-peziarah orang-orang Arab itu dikatakan bahwa dia (Muhammad) seorang juru penerang yang mempesonakan, apa yang dikatakannya merupakan pesona yang akan memecah-belah orang dengan orangtuanya, dengan saudaranya, dengan isteri dan keluarganya. Dan apa yang dituduhkan itu pada orang-orang Arab pendatang itu merupakan bukti, sebab penduduk Mekah sudah ditimpa perpecahan dan permusuhan.
Di samping propaganda itu Quraisy harus punya propaganda lain lagi. Untuk propaganda itu Quraisy akan mengandalkan pada Nadzr b. Harith. Orang ini pernah pergi ke Hira dan mempelajari cerita raja-raja Persia, peraturan-peraturan agamanya, ajaran-ajarannya tentang kebaikan dan kejahatan serta tentang asal-usul alam semesta. Setiap dalam suatu pertemuan Muhammad mengajak orang kepada Allah, ia lalu datang menggantikan tempat Muhammad dalam pertemuan itu. Maka berceritalah ia kepada Quraisy tentang sejarah dan agamanya, lalu katanya: Dengan cara apa Muhammad membawakan ceritanya lebih baik daripada aku? Bukankah Muhammad membacakan cerita-cerita orang dahulu seperti yang kubacakan juga? Orang-orang Quraisy menuduh, bahwa sebagian besar apa yang dibawa Muhammad berasal dari seorang budak Nasrani yang bernama Jabr. Untuk itulah datang Firman Tuhan:
“Kami sungguh mengetahui bahwa mereka berkata; yang mengajarkan itu adalah seorang manusia. Bahasa orang yang mereka tuduhkan itu bahasa asing, sedang ini adalah bahasa Arab yang jelas sekali.” (Qur’an: 16: 103)
SELAMA tiga tahun berturut-turut piagam yang dibuat pihak Quraisy untuk memboikot Muhammad dan mengepung Muslimin itu tetap berlaku. Dalam pada itu Muhammad dan keluarga serta sahabat-sahabatnya sudah mengungsi ke celah-celah gunung di luar kota Mekah, dengan mengalami pelbagai macam penderitaan, sehingga untuk mendapatkan bahan makanan sekadar menahan rasa laparpun tidak ada. Baik kepada Muhammad atau kaum Muslimin tidak diberikan kesempatan bergaul dan bercakap-cakap dengan orang, kecuali dalam bulan-bulan suci.
Pada bulan-bulan suci itu orang-orang Arab berdatangan ke Mekah berziarah, segala permusuhan dihentikan - tak ada pembunuhan, tak ada penganiayaan, tak ada permusuhan, tak ada balas dendam. Pada bulan-bulan itu Muhammad turun, mengajak orang-orang Arab itu kepada agama Allah, diberitahukannya kepada mereka arti pahala dan arti siksa. Segala penderitaan yang dialami Muhammad demi dakwah itu justru telah menjadi penolongnya dari kalangan orang banyak. Mereka yang telah mendengar tentang itu lebih bersimpati kepadanya, lebih suka mereka menerima ajakannya. Blokade yang dilakukan Quraisy kepadanya, kesabaran dan ketabahan hatinya memikul semua itu demi risalahnya, telah dapat memikat hati orang banyak.
Gagalnya Pemboikotan
Akan tetapi, penderitaan yang begitu lama, begitu banyak dialami kaum Muslimin karena kekerasan pihak Quraisy - padahal mereka masih sekeluarga: saudara, ipar. sepupu - banyak diantara mereka itu yang merasakan betapa beratnya kekerasan dan kekejaman yang mereka lakukan itu. Dan sekiranya tidak ada dari penduduk yang merasa simpati kepada kaum Muslimin, membawakan makanan ke celah-celah gunung1 tempat mereka mengungsi itu, niscaya mereka akan mati kelaparan. Hisyam ibn ‘Amr adalah salah orang yang termasuk paling simpati kepada Muslimin. Tengah malam ia datang membawa unta yang sudah dimuati makanan atau gandum. Bilamana ia sudah sampai di depan celah gunung itu, dilepaskannya tali untanya lalu dipacunya supaya terus masuk ke tempat mereka dalam celah itu.
Merasa kesal melihat Muhammad dan sahabat-sahabatnya dianiaya demikian rupa, ia mengajak beberapa orang untuk membatalkan piagam pemboikotan itu. Demikianlah piagam itu batal dengan sendirinya, walaupun beberapa tokoh Quraisy seperti Abu Jahl menentangnya. Beberapa penulis biografi dalam hal ini berpendapat, bahwa diantara mereka yang bertindak menghapuskan piagam itu terdapat orang-orang yang masih menyembah berhala. Sesudah piagam disobek, Muhammad dan pengikut-pengikutnyapun keluar dari lembah bukit-bukit itu. Seruannya dikumandangkan lagi kepada penduduk Mekah dan kepada kabilah-kabilah yang pada bulan-bulan suci itu datang berziarah ke Mekah. Meskipun ajakan Muhammad sudah tersiar kepada seluruh kabilah Arab di samping banyaknya mereka yang sudah menjadi pengikutnya, tapi sahabat-sahabat itu tidak selamat dari siksaan Quraisy, juga dia tidak dapat mencegahnya.
Perlindungan Banu Hasyim dan Banu Muttalib
Sementara itu Muhammad juga tetap gigih menjalankan tugas dakwahnya dan dakwa itupun mendapat pengikut bertambah banyak. Quraisy segera berkomplot menghadapi Muhammad itu. Sekali lagi mereka pergi menemui Abu Talib. Sekali ini disertai ‘Umara bin’l-Walid bin’l-Mughira, seorang pemuda yang montok dan rupawan, yang akan diberikan kepadanya sebagai anak angkat, dan sebagai gantinya supaya Muhammad diserahkan kepada mereka. Tetapi inipun ditolak. Muhammad terus juga berdakwah, dan Quraisypun terus juga berkomplot. Untuk ketiga kalinya mereka mendatangi lagi Abu Talib. “Abu Talib’” kata mereka, “Engkau sebagai orang yang terhormat, terpandang di kalangan kami. Kami telah minta supaya menghentikan kemenakanmu itu, tapi tidak juga kaulakukan. Kami tidak akan tinggal diam terhadap orang yang memaki nenek-moyang kita, tidak menghargai harapan-harapan kita dan mencela berhala-berhala kita - sebelum kausuruh dia diam atau sama-sama kita lawan dia hingga salah satu pihak nanti binasa.”
Berat sekali bagi Abu Talib akan berpisah atau bermusuhan dengan masyarakatnya. Juga tak sampai hati ia menyerahkan atau membuat kemenakannya itu kecewa. Dimintanya Muhammad datang dan diceritakannya maksud seruan Quraisy. Lalu katanya: “Jagalah aku, begitu juga dirimu. Jangan aku dibebani hal-hal yang tak dapat kupikul.” Pamannya ini seolah sudah tak berdaya lagi membela dan memeliharanya. Sedang kaum Muslimin masih lemah, mereka tak berdaya akan berperang, tidak dapat mereka melawan Quraisy yang punya kekuasaan, punya harta, punya persiapan dan jumlah rmanusia. Sebaliknya dia tidak punya apa-apa selain kebenaran. Tetapi jiwa Rasulullah Saw tetap teguh, ia berkata kepada pamannya: “Paman, demi Allah, kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan meletakkan bulan di tangan kiriku, dengan maksud supaya aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan kutinggalkan, biar nanti Allah yang akan membuktikan kemenangan itu ditanganku, atau aku binasa karenanya.”
Gemetar orang tua ini mendengar jawaban Muhammad Saw. Seketika lamanya Abu Talib masih dalam keadaan terpesona. Kemudian dimintanya Muhammad datang lagi, yang lalu katanya: “Anakku, katakanlah sekehendakmu. Aku tidak akan menyerahkan engkau bagaimanapun juga!” Sikap dan kata-kata kemenakannya itu oleh Abu Talib disampaikan kepada Banu Hasyim dan Banu al-Muttalib. Pembicaranya tentang Muhammad itu terpengaruh oleh suasana yang dilihat dan dirasakannya ketika itu. Dimintanya supaya Muhammad dilindungi dari tindakan Quraisy. Mereka semua menerima usul ini, kecuali Abu Lahab.
Sikap permusuhan Quraisy terhadap kaum muslimin pun semakin menjadi-jadi. Setiap kabilah itu langsung menyerbu kaum Muslimin yang ada di kalangan mereka: disiksa dan dipaksa melepaskan agamanya. Dikisahkan seorang budak yang telah muslim, Bilal, disiksa ke atas pasir di bawah terik matahari yang membakar, dadanya ditindih dengan batu dan akan dibiarkan mati. Dalam kekerasan semacam itu Bilal hanya berkata: “Ahad, Ahad, Hanya Yang Tunggal!” Ia memikul semua siksaan itu demi agamanya. Hingga suatu hari Abu Bakr melihat Bilal mengalami siksaan begitu rupa, ia dibelinya lalu dibebaskan.
Tidak sedikit budak-budak yang mengalami kekerasan serupa itu oleh Abu Bakr dibeli - diantaranya budak perempuan Umar bin’l-Khattab, dibelinya dari Umar [sebelum masuk Islam]. Ada pula seorang wanita yang disiksa sampai mati karena ia tidak mau meninggalkan Islam kembali kepada kepercayaan leluhurnya. Kaum Muslimin di luar budak-budak itu, dipukuli dan dihina dengan berbagai cara. Muhammad juga tidak terkecuali mengalami gangguan-gangguan - meskipun sudah dilindungi oleh Banu Hasyim dan Banu al-Muttalib. Umm Jamil, isteri Abu Jahl, melemparkan najis ke depan rumahnya. Tetapi cukup Muhammad hanya membuangnya saja. Dan pada waktu sembayang, Abu Jahl melemparinya dengan isi perut kambing yang sudah disembelih untuk sesajen kepada berhala-berhala. Ditanggungnya gangguan demikian itu dan ia pergi kepada Fatimah, puterinya, supaya mencucikan dan membersihkannya kembali.
Di samping semua itu, kaum Muslimin harus menerima kata-kata biadab dan keji kemana saja mereka pergi. Cukup lama hal serupa itu berjalan. Penyair-penyair memakinya, orang-orang Quraisy berkomplot hendak membunuhnya di Ka’bah. Rumahnya dilempari batu, keluarga dan pengikut-pengikutnya diancam. Perioda yang telah dilalui dalam hidup Muhammad Saw ini adalah perioda yang paling dahsyat yang pernah dialami oleh sejarah umat manusia.
Islamnya Hamzah ra
Islamnya Hamzah ra terjadi kira-kira pada tahun ke enam kerasulan beliau. Pada suatu hari Abu Jahl bertemu dengan Muhammad, ia mengganggunya, memaki-makinya dan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas dialamatkan kepada agama ini. Tetapi Muhammad tidak melayaninya. Hamzah, pamannya dan saudaranya sesusu, yang masih berpegang pada kepercayaan Quraisy, adalah seorang laki-laki yang kuat dan ditakuti. Ketika itu ia baru kembali dari berburu, dan terlebih dulu mengelilingi Ka’bah sebelum langsung pulang ke rumahnya.Ketika ia mengetahui bahwa kemenakannya itu mendapat gangguan Abu Jahl, ia meluap marah. Ia pergi ke Ka’bah, tidak lagi ia memberi salam kepada yang hadir di tempat itu seperti biasanya, melainkan terus masuk kedalam mesjid menemui Abu Jahl. Setelah dijumpainya, diangkatnya busurnya lalu dipukulkannya keras-keras di kepalanya. Beberapa orang dan Banu Makhzum mencoba mau membela Abu Jahl. Tapi tidak jadi. Kuatir mereka akan timbul bencana dan membahayakan sekali, dengan mengakui bahwa ia memang mencaci maki Muhammad dengan tidak semena-mena. Sesudah itulah kemudian Hamzah menyatakan masuk Islam. Ia berjanji kepada Muhammad akan membelanya dan akan berkurban di jalan Allah sampai akhir hayatnya.
Pihak Quraisy merasa sesak dada melihat Muhammad dan kawan-kawannya makin hari makin kuat. Terpikir oleh Quraisy akan membebaskan diri dari Muhammad, dengan cara seperti yang mereka bayangkan, memberikan segala keinginannya. Utba b. Rabi’a, seorang bangsawan Arab terkemuka, mencoba membujuk Quraisy ketika mereka dalam tempat pertemuan dengan mengatakan bahwa ia akan bicara dengan Muhammad dan akan menawarkan kepadanya hal-hal yang barangkali mau menerimanya. Mereka mau memberikan apa saja kehendaknya, asal ia dapat dibungkam.
Ketika itulah ‘Utba bicara dengan Muhammad. “Anakku,” katanya, “seperti kau ketahui, dari segi keturunan, engkau mempunyai tempat di kalangan kami. Engkau telah membawa soal besar ketengah-tengah masyarakatmu, sehingga mereka cerai-berai karenanya. Sekarang, dengarkanlah, kami akan menawarkan beberapa masalah, kalau-kalau sebagian dapat kauterima Kalau dalam hal ini yang kauinginkan adalah harta, kamipun siap mengumpulkan harta kami, sehingga hartamu akan menjadi yang terbanyak di antara kami. Kalau kau menghendaki pangkat, kami angkat engkau diatas kami semua; kami takkan memutuskan suatu perkara tanpa ada persetujuanmu. Kalau kedudukan raja yang kauinginkan, kami nobatkan kau sebagai raja kami. Jika engkau dihinggapi penyakit saraf yang tak dapat kautolak sendiri, akan kami usahakan pengobatannya dengan harta-benda kami sampai kau sembuh.”
Selesai ia bicara, Muhammad membacakan Surah as-Sajda (41 = Ha Mim). ‘Utba diam mendengarkan kata-kata yang begitu indah itu. Dilihatnya sekarang yang berdiri di hadapannya itu bukanlah seorang laki-laki yang didorong oleh ambisi harta, ingin kedudukan atau kerajaan, juga bukan orang yang sakit, melainkan orang yang mau menunjukkan kebenaran, mengajak orang kepada kebaikan. Ia mempertahankan sesuatu dengan cara yang baik, dengan kata-kata penuh mujizat.
Selesai Muhammad membacakan itu ‘Utba pergi kembali kepada Quraisy. Apa yang dilihat dan didengarnya itu sangat mempesonakan dirinya. Ia terpesona karena kebesaran orang itu. Penjelasannya sangat menarik sekali. Persoalannya ‘Utba ini tidak menyenangkan pihak Quraisy, juga pendapatnya supaya Muhammad dibiarkan saja, tidak menggembirakan mereka, sebaliknya kalau mengikutinya, maka kebanggaannya buat mereka. Maka kembali lagilah mereka memusuhi Muhammad dan sahabat-sahabatnya dengan menimpakan bermacam-macam bencana, yang selama ini dalam kedudukannya itu ia berada dalam perlindungan golongannya dan dalam penjagaan Abu Talib, Banu Hasyim dan Banu al-Muttalib.
Hijrahnya Muslimin ke Abisinia
Gangguan terhadap kaum Muslimin makin menjadi-jadi, sampai-sampai ada yang dibunuh, disiksa dan semacamnya. Waktu itu Muhammad menyarankan supaya mereka terpencar-pencar. Rasulullah Saw menyarankan supaya mereka pergi ke Abisinia (Ethiopia) yang rakyatnya menganut agama Kristen. “Tempat itu diperintah seorang raja dan tak ada orang yang dianiaya disitu. Itu bumi jujur; sampai nanti Allah membukakan jalan buat kita semua.” Sebagian kaum Muslimin ketika itu lalu berangkat ke Abisinia guna menghindari fitnah dan tetap berlindung kepada Tuhan dengan mempertahankan agama.
Kaum Quraisy tahu akan hal ini, kemudian mengutus dua orang menemui Najasyi. Mereka membawa hadiah-hadiah berharga guna meyakinkan raja supaya dapat mengembalikan kaum Muslimin itu ke tanah air mereka. Kedua orang utusan itu ialah ‘Amr bin’l-’Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’a. Sebenarnya kedua utusan itu telah mengadakan persetujuan dengan pembesar-pembesar istana kerajaan, setelah mereka menerima hadiah-hadiah dari penduduk Mekah, bahwa mereka akan membantu usaha mengembalikan kaum Muslimin itu kepada pihak Quraisy. Pembicaraan mereka ini tidak sampai diketahui raja. Tetapi baginda menolak sebelum mendengar sendiri keterangan dari pihak Muslimin. Lalu dimintanya mereka itu datang menghadap “Agama apa ini yang sampai membuat tuan-tuan meninggalkan masyarakat tuan-tuan sendiri, tetapi tidak juga tuan-tuan menganut agamaku, atau agama lain?” tanya Najasyi setelah mereka datang.
Yang diajak bicara ketika itu ialah Ja’far b. Abi b. Talib. Ia menjelaskan kepada Raja mengenai prinsip-prinsip islam. Ketika diminta untuk membacakan ajaran islam, Ja’far membacakan Surah Mariam sampai ayat 29-33. Setelah mendengar bahwa keterangan itu membenarkan apa yang tersebut dalam Injil, pemuka-pemuka istana itu terkejut. Kemudian mereka menolak untuk menyerahkan kaum muslimin.
Tetapi ‘Amr bin’l-’Ash tidak berputus asa. ‘Amr bin’l-’Ash kembali menghadap Raja dengan mengatakan, bahwa kaum Muslimin mengeluarkan tuduhan yang luarbiasa terhadap Isa anak Mariam. Maka dipanggillah mereka dan ditanyakan apa yang mereka katakan itu. Ja’far menerangkan bahwa : ‘Dia adalah hamba Allah dan UtusanNya, RuhNya dan FirmanNya yang disampaikan kepada Perawan Mariam.Setelah dari kedua belah pihak itu didengarnya, ternyatalah oleh Najasyi, bahwa kaum Muslimin itu mengakui Isa, mengenal adanya Kristen dan menyembah Allah. Selama di Abisinia itu kaum Muslimin merasa aman dan tenteram.
Mereka berangkat dengan melakukan dua kali hijrah. Yang pertama terdiri dari sebelas orang pria dan empat wanita. Dengan sembunyi-sembunyi mereka keluar dari Mekah mencari perlindungan. Kemudian mereka mendapat tempat yang baik di bawah Najasyi. Bilamana kemudian tersiar berita bahwa kaum Muslimin di Mekah sudah selamat dari gangguan Quraisy, merekapun lalu kembali pulang.
Tetapi setelah ternyata kemudian mereka mengalami kekerasan lagi dari Quraisy melebihi yang sudah-sudah, kembali lagi mereka ke Abisinia. Sekali ini terdiri dari delapanpuluh orang pria tanpa kaum isteri dan anak-anak. Mereka tinggal di Abisinia sampai sesudah hijrah Nabi ke Yathrib.
Islamnya ‘Umar ibn’l-Khattab ra
Hal ini terjadi masih di tahun yang sama, tahun ke enam. ‘Umar ibn’l-Khattab adalah pemuda yang gagah perkasa, berusia antara tigapuluh dan tigapuluh lima tahun. Dari kalangan Quraisy dialah yang paling keras memusuhi kaum Muslimin. Tatkala itu Muhammad sedang berkumpul dengan sahabat-sahabatnya yang tidak ikut hijrah, dalam sebuah rumah di Shafa. Di antara mereka ada Hamzah pamannya, Ali bin Abi Talib sepupunya, Abu Bakr b. Abi Quhafa dan Muslimin yang lain. Pertemuan mereka ini diketahui ‘Umar. Iapun pergi ketempat mereka, ia mau membunuh Muhammad.
Di tengah jalan ia bertemu dengan Nu’aim b. Abdullah. Setelah mengetahui maksudnya, Nuiaim berkata: “Umar, engkau menipu diri sendiri. Kaukira keluarga ‘Abd Manaf. akan membiarkan kau merajalela begini sesudah engkau membunuh Muhammad? Tidak lebih baik kau pulang saja ke rumah dan perbaiki keluargamu sendiri?!” Pada waktu itu Fatimah, saudaranya, beserta Sa’id b. Zaid suami Fatimah sudah masuk Islam. Tetapi setelah mengetahui hal ini dari Nu’aim, Umar cepat-cepat pulang dan langsung menemui mereka.
Di tempat itu ia mendengar ada orang membaca Qur’an. Setelah mereka merasa ada orang yang sedang mendekati, orang yang membaca itu sembunyi dan Fatimah menyembunyikan kitabnya. “Aku mendengar suara bisik-bisik apa itu?!” tanya Umar. Karena mereka tidak mengakui, Umar membentak lagi dengan suara lantang: “Aku sudah mengetahui, kamu menjadi pengikut Muhammad dan menganut agamanya!” katanya sambil menghantam Sa’id keras-keras. Fatimah, yang berusaha hendak melindungi suaminya, juga mendapat pukulan keras. Kedua suami isteri itu jadi panas hati. “Ya, kami sudah Islam! Sekarang lakukan apa saja,” kata meteka.
Tetapi Umar jadi gelisah sendiri setelah melihat darah di muka saudaranya itu. Ketika itu juga lalu timbul rasa iba dalam hatinya. Dimintanya kepada saudaranya supaya kitab yang mereka baca itu diberikan kepadanya. Setelah dibacanya, wajahnya tiba-tiba berubah. Menggetar rasanya ia setelah membaca isi kitab itu. Ia langsung menuju ke tempat Muhammad dan sahabat-sahabatnya itu sedang berkumpul di Shafa. Ia minta ijin akan masuk, lalu menyatakan dirinya masuk Islam. Dengan adanya Umar dan Hamzah dalam Islam, maka kaum Muslimin telah mendapat benteng dan perisai yang lebih kuat. Ia masuk Islam tidak sembunyi-sembunyi, malah terang-terangan diumumkan di depan orang banyak dan untuk itu ia bersedia melawan mereka. Islamnya Umar ra ini telah memperkuat kedudukan kaum Muslimin.
B. Nabi Muhammad saw sebagai Uswatun Hasanah
Uswatun Hasanah berarti teladan yang baik. Siapakah yang akan kita contoh dalam hidup ini? Sepatutnya, yang wajib kita contoh adalah tingkah laku Rasulullah sebab ucapan dan segala perbuatan Rasulullah dijamin benar dan baik sebagaimana firman Allah swt berikut ini:
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”( Al Ahzab : 21 )
Barang siapa yang menginginkan hidup bahagia di dunia dan akhirat, seharusnya ia mengikuti jejak serta mencontoh perbuatan Nabi. Berikut ini adalah beberapa sifat terpuji Rasulullah saw.:
1. Ketabahan dan keteguhan pendirian Nabi Muhammad saw.
Sejak lahir hidup Nabi Muhammad saw penuh dengan rantai kesedian. Namun beliau tidak pernah mengeluh, mengadu dan putus asa. Dengan langkah yang tegap dan penuh perhitungan beliau tidak pernah mundur menghadapi cobaan hidup.
Dalam menyampaikan risalah, beliau selalu mendapat penghinaan, siksaan dan ancanana. Setiap peperangan melawan orang musyrik, bala tentara Islam jumlahnya jauh lebih sedikit, sedangkan peralatan perangnya lebih sederhana. Namun Rasulullah tidak pernah turun semangatnya, walaupun cobaan-cobaan berat dalam mengemban tugas menyampaikan risalah terus berdatangan.
2. Pemaafnya Nabi Muhammad saw.
Pada tahun 621 M, Nabi Muhammad saw, berda’wah ke Thaif. Akan tetapi beliau disambut dengan siksaan dan lemparan batu. Lalu Malaekat Jibril datang menawarkan jasa untuk membalaskan tingkah laku orang Thaif. Nabi menolak sambil berdo’a : ” Berikanlah petunjuk-mu pada kaumku, ampunilah mereka karena mereka belum tahu.”
Pada tahun 622 M, Orang-orang musyrik mengumumkan akan memberi hadiah bagi siapa saja yang dapat menangkap Muhammad saw dalam perjalanan hijrah ke Madinah. Lalu ada orang yang sanggup untuk membunuh Nabi, yaitu Suraqah, tetapi kuda yang ditungggangi jatuh waktu mau menangkap Nabi. Niat untuk membunuh Nabi batal dan ia meminta maaf, Nabi pun memberi maaf.
3. Beliau adalah pemimpin yang memikirkan umatnya.
Ia perintahkan umatnya hijrah supaya tidak dianiaya orang kafir Mekkah, sementara beliau tetap berada di Mekkah.
4. Beliau adalah orang yang terkenal kejujurannya sehingga diberi gelar Al Amin.
Nabi Muhammad SAW Membangun Masyarakat Melalui Kegiatan Ekonomi dan Perdagangan
Nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan Allah SWT. Sejak lahir telah tampak pada diri beliau keistimewaan dan keajaiban, diantaranya adalah beliau lahir dalam kondisi telah berkhitan dan tali pusarnya telah diputus, sehingga kelahiran Nabi Muhammad SAW sangat menggemparkan dunia.
Di balik keajaiabn itu terdapat banyak ujian dan cobaan yang harus beliau jalani, diantaranya beliau lahir sudah dalam kondisi yatim, dan usia 6 tahun beliau telah menjadi yatim piatu, sehingga beliau benar – benar dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Kemudian beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Setelah kake beliau meninggal dunia, beliau tinggal dengan paman beliau, Abu Thalib yang miskin. Dalam usia yang masih tergolong anak – anak, beliau harus sudah bekerja keras untuk bertahan hidup, beliau mengembala kambing milik penduduk mekah.
Di balik pengembalaannya, Allah SWT benar – benar ingin menguji seseorang yang kelak akan diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Saat mengembala, beliau merenung dan berfikir, yang menyebabkab beliau jauh dari pemikiran duniawi dan terhindar dari noda yang merusak namanya. Sejak muda, beliau sudah terkenal sebagai orang yang terpercaya. Ketika Nabi Muhammad SAW berusia 12 tahun, Abu Thalib mengajak beliau untuk berdagang ke Negeri Syam (Syiria). Sekalipun hanya ikut membantu pamannya, Nabi Muhammad SAW sangat bersemangat dan tekun. Ia belajar bagaimana cara berdagang dan melayani para pembeli dengan baik. Sikapnya yang sangat sopan dan ramah membuat masyarakat di sekitar negeri Syam tertarik.
Ketika Nabi Muhammad SAW menginjak dewasa, yaitu 25 tahun, beliau kembali berdagang ke Negeri Syam. Namun dalam perjalanan kali ini, beliau tidak lagi ditemani oleh pamannya. Kali ini, beliau dipercaya untuk menjual barang dagangan milik Khadijah, seorang janda kaya raya yang amat disegani oleh masyarakat Arab ketika itu. Alasan Khadijah menyerahkan barang dagangan kepada beliau yaitu karena Khadijah telah mendengar kebaikan, kejujuran, dan keuletan Nabi dalam berdagang.
Dalam perjalanan ke negeri Syam, Nabi Muhammad SAW ditemani oleh seorang pembantu yang bernama Maisyaroh. Maisyaroh adalah seorang kepercayaan Khadijah yang sangat berpengalaman dalam berdagang. Atas bantuan Maisyroh, Nabi Muhammad SAW tidak mengalami kesusahan untuk berdagang di Negeri Syam.
Dalam perdagangan bersama maisyaroh, Nabi Muhammad SAW mendapatkan keuntungan yang besar. Hal ini ia dapatkan karena selama berdagang ia sangat tekun, jujur, ramah, dan murah senyum kepada para pembeli yang dating.
Nabi Muhammad SAW tidak pernah membohongi pembeli. Jika ada barang yang cacat, maka beliau menunjukkan kecacatannya. Jika barang tersebut berharga murah, maka beliau tidak akan menjual dengan harga yang mahal. Jika barang itu banyak, maka beliau tidak pernah menimbun barang tersebut agar mendapat keuntungan yang lebih besar. Beliau memberitahukan harga jual yang telah ditentukan oleh majikannya. Beliau akan mengatakannya dengan jujur, sehingga pembeli tertarik untuk membeli barang dagangannya.
Karena kejujuran dan kepandaian beliau dalam berbisnis, beliau mendapatkan laba yang sangat besar dan Khadijah tertarik untuk melamarnya. Kemudian Nabi Muhammad SAW yang berusia 25 tahun menikah dengan Khadijah yang berusia 40 tahun. Dari pernikahan ini beliau dianugerahi 6 orang anak.
Demikian kisah Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan. Sebagai umatnya, kita harus meneladani beliau. Dikala muda, beliau sudah mencari nafkah untuk hidupnya sendiri, beliau mengembala kambing dan berdagang untuk memenuhi kebutuhannya. Keuletan, kejujuran, dan keramah – tamahan beliau sudah seharusnya kita teladani dalam kehidupan sehari – hari.
A. Nabi Muhammad sebagai seorang Rasul
Periode Mekkah berlangsung sejak diangkat Muhammad saw menjadi nabi dan rasul yang ditandai dengan turunnya wahyu pertama yaitul Alaq ayat 1-5 kepada beliau hingga menjelang hijrah Nabi Muhammad saw ke Madinah. Masa itu berlangsung selama +13 tahun yakni dari tahun 610 – 622M. Masa ini sangat berat dirasakan karena Rasulullah banyak mendapatkan rintangan, khususnya dari lingkungan masyarakat atau kaumnya. Setelah Nabi Muhammad saw, menerima wahyu kedua yaitu Surah Al Muddatstsir yang berbunyi:
Artinya: ” Hai orang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa( menyembah berhala) tingglkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh balasan yang lebih banyak. Dan untuk ( memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.” (Al Muddatstsir ayat 1-7)
1. Da’wah secara sembunyi-sembunyi.
Ayat diatas menunjukkan bahwa setiap rasul itu memang selalu rajin, ulet dan tidak cepat putus asa. Setelah surah ini turun, mulailah Rasulullah saw, berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Beliau terutama berdakwah kepada orang-orang yang terdekat dengan beliau, dan teman sejawat agar mereka lebih dulu percaya kepada seruannya dan mengikutinya. Tempat yang dipilih oleh beliau untuk berdakwah adalah rumah Al Arqam bin Abil Arqam Al Makhzumy. Para sahabat Nabi yang pertama masuk Islam adalah sebagai berikut :
a. Abu Bakar,
b. Siti Khadijah
c. Ali bin Abi Thalib
d. Zaid bin Haristah
Selain dari yang tersebut diatas, maka dengan bantuan Siti Khadijah dan Abu Bakar Siddiq dari hari ke hari bertambahlah orang-orang yang masuk yang beriman kepada seruan beliau, baik dari pihak lelaki maupun perempuan. Orang yang beriman itu terbagi tiga golongan hartawan, golongan bangsawan dan golongan hamba sahaya dan orang-orang desa. Mereka berdakwah secara sembunyi-sembunyi lebih kurang selama 3 tahun memeluk dan mengikuti seruan nabi Muhammad saw. Apabila mereka hendak mengerjakan ibadah kepada Allah, mereka harus pergi ke satu tempat yang jauh dari kota Mekkah seperti di celah-celah bukit, agar tidak diketahui oleh orang kafir. Mereka menyadari apabila dilihat oleh orang-orang kafir, mereka akan mendapat rintangan dan bahaya.
2. Syiar Secara Terang-Terangan
Tiga tahun kemudian sesudah kerasulannya, perintah Allah datang supaya ia mengumumkan ajaran yang masih disembunyikan itu, perintah Allah supaya disampaikan. Ketika itu wahyu datang:
“Dan berilah peringatan kepada keluarga-keluargamu yang dekat. Limpahkanlah kasih-sayang kepada orang-orang beriman yang mengikut kau. Kalaupun mereka tidak mau juga mengikuti kau, katakanlah, ‘Aku lepas tangan dari segala perbuatan kamu.’” (Qur’an 26: 214-216) “Sampaikanlah apa yang sudah diperintahkan kepadamu, dan tidak usah kauhiraukan orang-orang musyrik itu.”(Qur’an 15: 94)
Muhammad pun mengundang makan keluarga-keluarga itu ke rumahnya, dicobanya bicara dengan mereka dan mengajak mereka kepada Allah. Tetapi Abu Talib, pamannya, lalu menyetop pembicaraan itu. Ia mengajak orang-orang pergi meninggalkan tempat. Keesokan harinya sekali lagi Muhammad mengundang mereka. Selesai makan, katanya kepada mereka: “Saya tidak melihat ada seorang manusia di kalangan Arab ini dapat membawakan sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari yang saya bawakan kepada kamu sekalian ini. Kubawakan kepada kamu dunia dan akhirat yang terbaik. Tuhan telah menyuruh aku mengajak kamu sekalian. Siapa di antara kamu ini yang mau mendukungku dalam hal ini?” Mereka semua menolak, dan sudah bersiap-siap akan meninggalkannya. Tetapi tiba-tiba Ali bangkit - ketika itu ia masih anak-anak, belum lagi balig. “Rasulullah, saya akan membantumu,” katanya. “Saya adalah lawan siapa saja yang kautentang.” Banu Hasyim tersenyum, dan ada pula yang tertawa terbahak-bahak. Kemudian mereka semua pergi meninggalkannya dengan ejekan.
Sesudah itu Muhammad kemudian mengalihkan seruannya dari keluarga-keluarganya yang dekat kepada seluruh penduduk Mekah. Suatu hari ia naik ke Shafa2 dengan berseru: “Hai masyarakat Quraisy.” Tetapi orang Quraisy itu lalu membalas: “Muhammad bicara dari atas Shafa.” Mereka lalu datang berduyun-duyun sambil bertanya-tanya, “Ada apa?” “Bagaimana pendapatmu sekalian kalau kuberitahukan kamu, bahwa pada permukaan bukit ini ada pasukan berkuda. Percayakah kamu?” “Ya,” jawab mereka. “Engkau tidak pernah disangsikan. Belum pernah kami melihat engkau berdusta.” “Aku mengingatkan kamu sekalian, sebelum menghadapi siksa yang sungguh berat,” katanya, “Banu Abd’l-Muttalib, Banu Abd Manaf, Banu Zuhra, Banu Taim, Banu Makhzum dan Banu Asad Allah memerintahkan aku memberi peringatan kepada keluarga-keluargaku terdekat. Baik untuk kehidupan dunia atau akhirat. Tak ada sesuatu bahagian atau keuntungan yang dapat kuberikan kepada kamu, selain kamu ucapkan: Tak ada tuhan selain Allah.” Tetapi kemudian Abu Lahab berdiri sambil meneriakkan: “Celaka kau hari ini. Untuk ini kau kumpulkan kami?” Muhammad tak dapat bicara. Dilihatnya pamannya itu. Tetapi kemudian sesudah itu datang wahyu membawa firman Tuhan: “
Celakalah kedua tangan Abu Lahab, dan celakalah ia. Tak ada gunanya kekayaan dan usahanya itu. Api yang menjilat-jilat akan menggulungnya” (Qur’an 102:1-8)
Kemarahan Abu Lahab dan sikap permusuhan kalangan Quraisy yang lain tidak dapat merintangi tersebarnya dakwah Islam di kalangan penduduk Mekah itu. Setiap hari niscaya akan ada saja orang yang Islam - menyerahkan diri kepada Allah. Lebih-lebih mereka yang tidak terpesona oleh pengaruh dunia perdagangan untuk sekedar melepaskan renungan akan apa yang telah diserukan kepada mereka. Akan tetapi bagi Abu Lahab, Abu Sufyan dan bangsawan-bangsawan Quraisy terkemuka lainnya, hartawan-hartawan yang gemar bersenang-senang, mulai merasakan, bahwa ajaran Muhammad itu merupakan bahaya besar bagi kedudukan mereka. Jadi yang mula-mula harus mereka lakukan ialah menyerangnya dengan cara mendiskreditkannya, dan mendustakan segala apa yang dinamakannya kenabian itu.
Langkah pertama yang mereka lakukan dalam hal ini ialah membujuk penyair-penyair mereka: Abu Sufyan bin’l-Harith, ‘Amr bin’l-’Ash dan Abdullah ibn’z-Ziba’ra, supaya mengejek dan menyerangnya. Dalam pada itu penyair-penyair Muslimin juga tampil membalas serangan mereka tanpa Muhammad sendiri yang harus melayani.
Sementara itu, selain penyair-penyair itu beberapa orang tampil pula meminta kepada Muhammad beberapa mujizat yang akan dapat membuktikan kerasulannya: mujizat-mujizat seperti pada Musa dan Isa. Kenapa bukit-bukit Shafa dan Marwa itu tidak disulapnya menjadi emas, dan kitab yang dibicarakannya itu dalam bentuk tertulis diturunkan dari langit? Dan kenapa Jibril yang banyak dibicarakan oleh Muhammad itu tidak muncul di hadapan mereka? Kenapa dia tidak menghidupkan orang-orang yang sudah mati, menghalau bukit-bukit yang selama ini membuat Mekah terkurung karenanya? Kenapa ia tidak memancarkan mata air yang lebih sedap dari air sumur Zamzam, padahal ia tahu betapa besar hajat penduduk negerinya itu akan air?
Tidak hanya sampai disitu saja kaum musyrikin itu mau mengejeknya dalam soal-soal mujizat, malahan ejekan mereka makin menjadi-jadi, dengan menanyakan: kenapa Tuhannya itu tidak memberikan wahyu tentang harga barang-barang dagangan supaya mereka dapat mengadakan spekulasi buat hari depan? Debat mereka itu berkepanjangan. Tetapi wahyu yang datang kepada Muhammad menjawab debat mereka
“Katakanlah: ‘Aku tak berkuasa membawa kebaikan atau menolak bahaya untuk diriku sendiri, kalau tidak dengan kehendak Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib-gaib, niscaya kuperbanyak amal kebaikan itu dan bahayapun tidak menyentuhku. Tapi aku hanya memberi peringatan dan membawa berita gembira bagi mereka yang beriman.” (Qur’an 7: 188)
Perlindungan Abu Talib
Abu Talib pamannya belum lagi menganut Islam. Tetapi tetap ia sebagai pelindung dan penjaga kemenakannya itu. Ia sudah menyatakan kesediaannya akan membelanya. Atas dasar itu pemuka-pemuka bangsawan Quraisy - dengan diketahui oleh Abu Sufyan b. Harb - pergi menemui Abu Talib. “Abu Talib,” kata mereka, “kemenakanmu itu sudah memaki berhala-berhala kita, mencela agama kita, tidak menghargai harapan-harapan kita dan menganggap sesat nenek-moyang kita. Soalnya sekarang, harus kauhentikan dia; kalau tidak biarlah kami sendiri yang akan menghadapinya. Oleh karena engkau juga seperti kami tidak sejalan, maka cukuplah engkau dari pihak kami menghadapi dia.” Akan tetapi Abu Talib menjawab mereka dengan baik sekali.
Setelah Islam semakin kuat pengikutnya semakin banyak, Pada waktu berikutnya Abu Lahab, selalu membuat kegaduhan, yaitu menghasut orang Quresy supaya memusuhi Nabi Muhammad saw. Mereka mendatangi Abu Thalib, meminta agar melarang Nabi berda’wah. Permintaan itu dilaksanakan oleh Abu Thalib, lalu Nabi menjawab, ” ya pamanku, andaikata diletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan ditangan kiriku, aku tidak akan berhenti berda’wah.” Mulai waktu itu, Abu Thalib tidak berani lagi melarang Nabi untuk berda’wah.
Setelah usaha mereka gagal, orang Quraisy membawa seorang pemuda tampan kepada Abu Thalib, yang bernama Ammarah bin Al Walid bin Mughirah, mereka seraya berkata, ” Wahai Abu Thalib, ambillah ia menjadi anak saudara dan serahkan kepada kami Muhammad untuk kami bunuh sebab ia telah menentang kami dan memecah belah persatuan kami,” Usul kaum Quraisy tersebut dijawab oleh Abu Thalib, ” Jahat benar pikiran kamu, demi Tuhan, sekali-kali tidak bisa.”
Akhirnya tokoh-tokoh Quraisy bermufakat untuk memilih seorang yang fasih dan lancar bicara untuk membujuk Rasulullah. Utbah bin Rabi’ah pembicara ulung menghadap Nabi dan mengatakan, ” Ya Muhammad apa sebenarnya maksudmu menyiarkan agama baru ini, jika engkau bermaksud mencari pengaruh, berhentilah, kami akan mengangkatmu menjadi raja, kami tidak akan memutuskan suatu perkara tanpa seizin engkau. Apabila engkau ingin kekayaan, kami kumpulkan harta kekakyaan untukmu. Apabila engkau ingin wanita cantik, kami akan carikan untukmu atau barangkali engkau sakit, biarlah kami yang mengobati dengan kami sendiri, asalkan engkau berhenti da’wah.” Setelah Utbah bin Rabi’ah selesai bicara lalu ia diam dan penuh harap supaya Nabi menerima tawaran itu. Setelah itu, Nabi membacakan beberapa ayat Al Qur’an. Hati dan jiwa Utbah spontan menjadi lemah karena ayat Al Qur’an yang gaya bahasanya sangat indah.Ia tidak berkata apa-apa, lalu pulang dengan perasaan hampa dan kecewa, pada saat lain Utbah datang lagi untuk membujuk Nabi agar mau bergantian dalam peribatan, sekali menyembah Allah, sekali menyembah berhala, maka turunlah surat Al Kafirun ayat 1-6 yang berbunyi:
Artinya:Katakanlah: Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah, Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah, Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku ( Al Kafirun : 1-6).
Mengapa Kaum Kafir Quraisy begitu menentang misi Nab Muhammad SAW?
a. Sebab Islam dinilai mereka berbahaya dapat merubah tatanan yang ada, bahkan tidak mustahil akan menghilangkan status sosial dan pengaruh orang-orang tertentu di tengah mayarakat.
b. Ajaran yang dibawa Nabi MUhammad SAW merupakan koreki total terhadap penyimpangan akidah, membawa persamaan hak dan martabat manusia, memberantas taklid, kepercayaan nenek moyang dan menghapuskan perbudakan.
Metode-metode Kaum Kafir untuk menghalangi perjuangan Rasul
a. Mengejek, menghina, merendahkan, mendustakan, menertawakan. Targetnya adalah membuat kaum muslimin putus asa dan melemahkan emangat juangnya. Mereka menuduh Nabi MUhammad SAW sebagai orang gila. (QS al Hijr 6), sebagai tukang sihir dan pendusta (QS haad 4)
b. Menghalangi agar orang-rang tidak mau mendengarkan al Qur'an dan mengimbangi dengan dongengan rang-orang jaman dulu dan menyibukkannya.
c.Pemboikotan dan Propaganda
uraisy lalu membuat rencana lagi mengatur langkah berikutnya. Mereka sepakat bahkan secara tertulis untuk memboikot total terhadap Banu Hasyim dan Banu Abd’l-Muttalib: untuk tidak saling kawin-mengawinkan, tidak saling berjual-beli apapun. Piagam persetujuan ini kemudian digantungkan di dalam Ka’bah sebagai suatu pengukuhan dan registrasi bagi Ka’bah. Akan tetapi ternyata Muhammad sendiri malah makin teguh berpegang pada tuntunan Allah, juga keluarganya, dan mereka yang sudah berimanpun makin gigih mempertahankannya. Menyebarkan seruan Islam sampai keluar perbatasan Mekah itu pun tak dapat pula dihalang-halangi. Maka tersiarlah dakwah itu ke tengah-tengah masyarakat Arab dan kabilah-kabilah, sehingga membuat agama yang baru ini, yang tadinya hanya terkurung ditengah-tengah lingkaran gunung-gunung Mekah, kini berkumandang gemanya ke seluruh jazirah.
Mereka, kaum Quraisy itu, juga menyusun suatu alat propaganda anti Muhammad. Lebih gigih lagi mereka memikirkan hal ini sesudah orang-orang yang berziarah itu diajak juga oleh Rasul Saw supaya beribadat hanya kepada Allah yang Esa. Beberapa orang dari kalangan Quraisy berunding dan mengadakan pertemuan di rumah Walid bin’l-Mughira. Walid mengusulkan supaya kepada peziarah-peziarah orang-orang Arab itu dikatakan bahwa dia (Muhammad) seorang juru penerang yang mempesonakan, apa yang dikatakannya merupakan pesona yang akan memecah-belah orang dengan orangtuanya, dengan saudaranya, dengan isteri dan keluarganya. Dan apa yang dituduhkan itu pada orang-orang Arab pendatang itu merupakan bukti, sebab penduduk Mekah sudah ditimpa perpecahan dan permusuhan.
Di samping propaganda itu Quraisy harus punya propaganda lain lagi. Untuk propaganda itu Quraisy akan mengandalkan pada Nadzr b. Harith. Orang ini pernah pergi ke Hira dan mempelajari cerita raja-raja Persia, peraturan-peraturan agamanya, ajaran-ajarannya tentang kebaikan dan kejahatan serta tentang asal-usul alam semesta. Setiap dalam suatu pertemuan Muhammad mengajak orang kepada Allah, ia lalu datang menggantikan tempat Muhammad dalam pertemuan itu. Maka berceritalah ia kepada Quraisy tentang sejarah dan agamanya, lalu katanya: Dengan cara apa Muhammad membawakan ceritanya lebih baik daripada aku? Bukankah Muhammad membacakan cerita-cerita orang dahulu seperti yang kubacakan juga? Orang-orang Quraisy menuduh, bahwa sebagian besar apa yang dibawa Muhammad berasal dari seorang budak Nasrani yang bernama Jabr. Untuk itulah datang Firman Tuhan:
“Kami sungguh mengetahui bahwa mereka berkata; yang mengajarkan itu adalah seorang manusia. Bahasa orang yang mereka tuduhkan itu bahasa asing, sedang ini adalah bahasa Arab yang jelas sekali.” (Qur’an: 16: 103)
SELAMA tiga tahun berturut-turut piagam yang dibuat pihak Quraisy untuk memboikot Muhammad dan mengepung Muslimin itu tetap berlaku. Dalam pada itu Muhammad dan keluarga serta sahabat-sahabatnya sudah mengungsi ke celah-celah gunung di luar kota Mekah, dengan mengalami pelbagai macam penderitaan, sehingga untuk mendapatkan bahan makanan sekadar menahan rasa laparpun tidak ada. Baik kepada Muhammad atau kaum Muslimin tidak diberikan kesempatan bergaul dan bercakap-cakap dengan orang, kecuali dalam bulan-bulan suci.
Pada bulan-bulan suci itu orang-orang Arab berdatangan ke Mekah berziarah, segala permusuhan dihentikan - tak ada pembunuhan, tak ada penganiayaan, tak ada permusuhan, tak ada balas dendam. Pada bulan-bulan itu Muhammad turun, mengajak orang-orang Arab itu kepada agama Allah, diberitahukannya kepada mereka arti pahala dan arti siksa. Segala penderitaan yang dialami Muhammad demi dakwah itu justru telah menjadi penolongnya dari kalangan orang banyak. Mereka yang telah mendengar tentang itu lebih bersimpati kepadanya, lebih suka mereka menerima ajakannya. Blokade yang dilakukan Quraisy kepadanya, kesabaran dan ketabahan hatinya memikul semua itu demi risalahnya, telah dapat memikat hati orang banyak.
Gagalnya Pemboikotan
Akan tetapi, penderitaan yang begitu lama, begitu banyak dialami kaum Muslimin karena kekerasan pihak Quraisy - padahal mereka masih sekeluarga: saudara, ipar. sepupu - banyak diantara mereka itu yang merasakan betapa beratnya kekerasan dan kekejaman yang mereka lakukan itu. Dan sekiranya tidak ada dari penduduk yang merasa simpati kepada kaum Muslimin, membawakan makanan ke celah-celah gunung1 tempat mereka mengungsi itu, niscaya mereka akan mati kelaparan. Hisyam ibn ‘Amr adalah salah orang yang termasuk paling simpati kepada Muslimin. Tengah malam ia datang membawa unta yang sudah dimuati makanan atau gandum. Bilamana ia sudah sampai di depan celah gunung itu, dilepaskannya tali untanya lalu dipacunya supaya terus masuk ke tempat mereka dalam celah itu.
Merasa kesal melihat Muhammad dan sahabat-sahabatnya dianiaya demikian rupa, ia mengajak beberapa orang untuk membatalkan piagam pemboikotan itu. Demikianlah piagam itu batal dengan sendirinya, walaupun beberapa tokoh Quraisy seperti Abu Jahl menentangnya. Beberapa penulis biografi dalam hal ini berpendapat, bahwa diantara mereka yang bertindak menghapuskan piagam itu terdapat orang-orang yang masih menyembah berhala. Sesudah piagam disobek, Muhammad dan pengikut-pengikutnyapun keluar dari lembah bukit-bukit itu. Seruannya dikumandangkan lagi kepada penduduk Mekah dan kepada kabilah-kabilah yang pada bulan-bulan suci itu datang berziarah ke Mekah. Meskipun ajakan Muhammad sudah tersiar kepada seluruh kabilah Arab di samping banyaknya mereka yang sudah menjadi pengikutnya, tapi sahabat-sahabat itu tidak selamat dari siksaan Quraisy, juga dia tidak dapat mencegahnya.
Perlindungan Banu Hasyim dan Banu Muttalib
Sementara itu Muhammad juga tetap gigih menjalankan tugas dakwahnya dan dakwa itupun mendapat pengikut bertambah banyak. Quraisy segera berkomplot menghadapi Muhammad itu. Sekali lagi mereka pergi menemui Abu Talib. Sekali ini disertai ‘Umara bin’l-Walid bin’l-Mughira, seorang pemuda yang montok dan rupawan, yang akan diberikan kepadanya sebagai anak angkat, dan sebagai gantinya supaya Muhammad diserahkan kepada mereka. Tetapi inipun ditolak. Muhammad terus juga berdakwah, dan Quraisypun terus juga berkomplot. Untuk ketiga kalinya mereka mendatangi lagi Abu Talib. “Abu Talib’” kata mereka, “Engkau sebagai orang yang terhormat, terpandang di kalangan kami. Kami telah minta supaya menghentikan kemenakanmu itu, tapi tidak juga kaulakukan. Kami tidak akan tinggal diam terhadap orang yang memaki nenek-moyang kita, tidak menghargai harapan-harapan kita dan mencela berhala-berhala kita - sebelum kausuruh dia diam atau sama-sama kita lawan dia hingga salah satu pihak nanti binasa.”
Berat sekali bagi Abu Talib akan berpisah atau bermusuhan dengan masyarakatnya. Juga tak sampai hati ia menyerahkan atau membuat kemenakannya itu kecewa. Dimintanya Muhammad datang dan diceritakannya maksud seruan Quraisy. Lalu katanya: “Jagalah aku, begitu juga dirimu. Jangan aku dibebani hal-hal yang tak dapat kupikul.” Pamannya ini seolah sudah tak berdaya lagi membela dan memeliharanya. Sedang kaum Muslimin masih lemah, mereka tak berdaya akan berperang, tidak dapat mereka melawan Quraisy yang punya kekuasaan, punya harta, punya persiapan dan jumlah rmanusia. Sebaliknya dia tidak punya apa-apa selain kebenaran. Tetapi jiwa Rasulullah Saw tetap teguh, ia berkata kepada pamannya: “Paman, demi Allah, kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan meletakkan bulan di tangan kiriku, dengan maksud supaya aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan kutinggalkan, biar nanti Allah yang akan membuktikan kemenangan itu ditanganku, atau aku binasa karenanya.”
Gemetar orang tua ini mendengar jawaban Muhammad Saw. Seketika lamanya Abu Talib masih dalam keadaan terpesona. Kemudian dimintanya Muhammad datang lagi, yang lalu katanya: “Anakku, katakanlah sekehendakmu. Aku tidak akan menyerahkan engkau bagaimanapun juga!” Sikap dan kata-kata kemenakannya itu oleh Abu Talib disampaikan kepada Banu Hasyim dan Banu al-Muttalib. Pembicaranya tentang Muhammad itu terpengaruh oleh suasana yang dilihat dan dirasakannya ketika itu. Dimintanya supaya Muhammad dilindungi dari tindakan Quraisy. Mereka semua menerima usul ini, kecuali Abu Lahab.
Sikap permusuhan Quraisy terhadap kaum muslimin pun semakin menjadi-jadi. Setiap kabilah itu langsung menyerbu kaum Muslimin yang ada di kalangan mereka: disiksa dan dipaksa melepaskan agamanya. Dikisahkan seorang budak yang telah muslim, Bilal, disiksa ke atas pasir di bawah terik matahari yang membakar, dadanya ditindih dengan batu dan akan dibiarkan mati. Dalam kekerasan semacam itu Bilal hanya berkata: “Ahad, Ahad, Hanya Yang Tunggal!” Ia memikul semua siksaan itu demi agamanya. Hingga suatu hari Abu Bakr melihat Bilal mengalami siksaan begitu rupa, ia dibelinya lalu dibebaskan.
Tidak sedikit budak-budak yang mengalami kekerasan serupa itu oleh Abu Bakr dibeli - diantaranya budak perempuan Umar bin’l-Khattab, dibelinya dari Umar [sebelum masuk Islam]. Ada pula seorang wanita yang disiksa sampai mati karena ia tidak mau meninggalkan Islam kembali kepada kepercayaan leluhurnya. Kaum Muslimin di luar budak-budak itu, dipukuli dan dihina dengan berbagai cara. Muhammad juga tidak terkecuali mengalami gangguan-gangguan - meskipun sudah dilindungi oleh Banu Hasyim dan Banu al-Muttalib. Umm Jamil, isteri Abu Jahl, melemparkan najis ke depan rumahnya. Tetapi cukup Muhammad hanya membuangnya saja. Dan pada waktu sembayang, Abu Jahl melemparinya dengan isi perut kambing yang sudah disembelih untuk sesajen kepada berhala-berhala. Ditanggungnya gangguan demikian itu dan ia pergi kepada Fatimah, puterinya, supaya mencucikan dan membersihkannya kembali.
Di samping semua itu, kaum Muslimin harus menerima kata-kata biadab dan keji kemana saja mereka pergi. Cukup lama hal serupa itu berjalan. Penyair-penyair memakinya, orang-orang Quraisy berkomplot hendak membunuhnya di Ka’bah. Rumahnya dilempari batu, keluarga dan pengikut-pengikutnya diancam. Perioda yang telah dilalui dalam hidup Muhammad Saw ini adalah perioda yang paling dahsyat yang pernah dialami oleh sejarah umat manusia.
Islamnya Hamzah ra
Islamnya Hamzah ra terjadi kira-kira pada tahun ke enam kerasulan beliau. Pada suatu hari Abu Jahl bertemu dengan Muhammad, ia mengganggunya, memaki-makinya dan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas dialamatkan kepada agama ini. Tetapi Muhammad tidak melayaninya. Hamzah, pamannya dan saudaranya sesusu, yang masih berpegang pada kepercayaan Quraisy, adalah seorang laki-laki yang kuat dan ditakuti. Ketika itu ia baru kembali dari berburu, dan terlebih dulu mengelilingi Ka’bah sebelum langsung pulang ke rumahnya.Ketika ia mengetahui bahwa kemenakannya itu mendapat gangguan Abu Jahl, ia meluap marah. Ia pergi ke Ka’bah, tidak lagi ia memberi salam kepada yang hadir di tempat itu seperti biasanya, melainkan terus masuk kedalam mesjid menemui Abu Jahl. Setelah dijumpainya, diangkatnya busurnya lalu dipukulkannya keras-keras di kepalanya. Beberapa orang dan Banu Makhzum mencoba mau membela Abu Jahl. Tapi tidak jadi. Kuatir mereka akan timbul bencana dan membahayakan sekali, dengan mengakui bahwa ia memang mencaci maki Muhammad dengan tidak semena-mena. Sesudah itulah kemudian Hamzah menyatakan masuk Islam. Ia berjanji kepada Muhammad akan membelanya dan akan berkurban di jalan Allah sampai akhir hayatnya.
Pihak Quraisy merasa sesak dada melihat Muhammad dan kawan-kawannya makin hari makin kuat. Terpikir oleh Quraisy akan membebaskan diri dari Muhammad, dengan cara seperti yang mereka bayangkan, memberikan segala keinginannya. Utba b. Rabi’a, seorang bangsawan Arab terkemuka, mencoba membujuk Quraisy ketika mereka dalam tempat pertemuan dengan mengatakan bahwa ia akan bicara dengan Muhammad dan akan menawarkan kepadanya hal-hal yang barangkali mau menerimanya. Mereka mau memberikan apa saja kehendaknya, asal ia dapat dibungkam.
Ketika itulah ‘Utba bicara dengan Muhammad. “Anakku,” katanya, “seperti kau ketahui, dari segi keturunan, engkau mempunyai tempat di kalangan kami. Engkau telah membawa soal besar ketengah-tengah masyarakatmu, sehingga mereka cerai-berai karenanya. Sekarang, dengarkanlah, kami akan menawarkan beberapa masalah, kalau-kalau sebagian dapat kauterima Kalau dalam hal ini yang kauinginkan adalah harta, kamipun siap mengumpulkan harta kami, sehingga hartamu akan menjadi yang terbanyak di antara kami. Kalau kau menghendaki pangkat, kami angkat engkau diatas kami semua; kami takkan memutuskan suatu perkara tanpa ada persetujuanmu. Kalau kedudukan raja yang kauinginkan, kami nobatkan kau sebagai raja kami. Jika engkau dihinggapi penyakit saraf yang tak dapat kautolak sendiri, akan kami usahakan pengobatannya dengan harta-benda kami sampai kau sembuh.”
Selesai ia bicara, Muhammad membacakan Surah as-Sajda (41 = Ha Mim). ‘Utba diam mendengarkan kata-kata yang begitu indah itu. Dilihatnya sekarang yang berdiri di hadapannya itu bukanlah seorang laki-laki yang didorong oleh ambisi harta, ingin kedudukan atau kerajaan, juga bukan orang yang sakit, melainkan orang yang mau menunjukkan kebenaran, mengajak orang kepada kebaikan. Ia mempertahankan sesuatu dengan cara yang baik, dengan kata-kata penuh mujizat.
Selesai Muhammad membacakan itu ‘Utba pergi kembali kepada Quraisy. Apa yang dilihat dan didengarnya itu sangat mempesonakan dirinya. Ia terpesona karena kebesaran orang itu. Penjelasannya sangat menarik sekali. Persoalannya ‘Utba ini tidak menyenangkan pihak Quraisy, juga pendapatnya supaya Muhammad dibiarkan saja, tidak menggembirakan mereka, sebaliknya kalau mengikutinya, maka kebanggaannya buat mereka. Maka kembali lagilah mereka memusuhi Muhammad dan sahabat-sahabatnya dengan menimpakan bermacam-macam bencana, yang selama ini dalam kedudukannya itu ia berada dalam perlindungan golongannya dan dalam penjagaan Abu Talib, Banu Hasyim dan Banu al-Muttalib.
Hijrahnya Muslimin ke Abisinia
Gangguan terhadap kaum Muslimin makin menjadi-jadi, sampai-sampai ada yang dibunuh, disiksa dan semacamnya. Waktu itu Muhammad menyarankan supaya mereka terpencar-pencar. Rasulullah Saw menyarankan supaya mereka pergi ke Abisinia (Ethiopia) yang rakyatnya menganut agama Kristen. “Tempat itu diperintah seorang raja dan tak ada orang yang dianiaya disitu. Itu bumi jujur; sampai nanti Allah membukakan jalan buat kita semua.” Sebagian kaum Muslimin ketika itu lalu berangkat ke Abisinia guna menghindari fitnah dan tetap berlindung kepada Tuhan dengan mempertahankan agama.
Kaum Quraisy tahu akan hal ini, kemudian mengutus dua orang menemui Najasyi. Mereka membawa hadiah-hadiah berharga guna meyakinkan raja supaya dapat mengembalikan kaum Muslimin itu ke tanah air mereka. Kedua orang utusan itu ialah ‘Amr bin’l-’Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’a. Sebenarnya kedua utusan itu telah mengadakan persetujuan dengan pembesar-pembesar istana kerajaan, setelah mereka menerima hadiah-hadiah dari penduduk Mekah, bahwa mereka akan membantu usaha mengembalikan kaum Muslimin itu kepada pihak Quraisy. Pembicaraan mereka ini tidak sampai diketahui raja. Tetapi baginda menolak sebelum mendengar sendiri keterangan dari pihak Muslimin. Lalu dimintanya mereka itu datang menghadap “Agama apa ini yang sampai membuat tuan-tuan meninggalkan masyarakat tuan-tuan sendiri, tetapi tidak juga tuan-tuan menganut agamaku, atau agama lain?” tanya Najasyi setelah mereka datang.
Yang diajak bicara ketika itu ialah Ja’far b. Abi b. Talib. Ia menjelaskan kepada Raja mengenai prinsip-prinsip islam. Ketika diminta untuk membacakan ajaran islam, Ja’far membacakan Surah Mariam sampai ayat 29-33. Setelah mendengar bahwa keterangan itu membenarkan apa yang tersebut dalam Injil, pemuka-pemuka istana itu terkejut. Kemudian mereka menolak untuk menyerahkan kaum muslimin.
Tetapi ‘Amr bin’l-’Ash tidak berputus asa. ‘Amr bin’l-’Ash kembali menghadap Raja dengan mengatakan, bahwa kaum Muslimin mengeluarkan tuduhan yang luarbiasa terhadap Isa anak Mariam. Maka dipanggillah mereka dan ditanyakan apa yang mereka katakan itu. Ja’far menerangkan bahwa : ‘Dia adalah hamba Allah dan UtusanNya, RuhNya dan FirmanNya yang disampaikan kepada Perawan Mariam.Setelah dari kedua belah pihak itu didengarnya, ternyatalah oleh Najasyi, bahwa kaum Muslimin itu mengakui Isa, mengenal adanya Kristen dan menyembah Allah. Selama di Abisinia itu kaum Muslimin merasa aman dan tenteram.
Mereka berangkat dengan melakukan dua kali hijrah. Yang pertama terdiri dari sebelas orang pria dan empat wanita. Dengan sembunyi-sembunyi mereka keluar dari Mekah mencari perlindungan. Kemudian mereka mendapat tempat yang baik di bawah Najasyi. Bilamana kemudian tersiar berita bahwa kaum Muslimin di Mekah sudah selamat dari gangguan Quraisy, merekapun lalu kembali pulang.
Tetapi setelah ternyata kemudian mereka mengalami kekerasan lagi dari Quraisy melebihi yang sudah-sudah, kembali lagi mereka ke Abisinia. Sekali ini terdiri dari delapanpuluh orang pria tanpa kaum isteri dan anak-anak. Mereka tinggal di Abisinia sampai sesudah hijrah Nabi ke Yathrib.
Islamnya ‘Umar ibn’l-Khattab ra
Hal ini terjadi masih di tahun yang sama, tahun ke enam. ‘Umar ibn’l-Khattab adalah pemuda yang gagah perkasa, berusia antara tigapuluh dan tigapuluh lima tahun. Dari kalangan Quraisy dialah yang paling keras memusuhi kaum Muslimin. Tatkala itu Muhammad sedang berkumpul dengan sahabat-sahabatnya yang tidak ikut hijrah, dalam sebuah rumah di Shafa. Di antara mereka ada Hamzah pamannya, Ali bin Abi Talib sepupunya, Abu Bakr b. Abi Quhafa dan Muslimin yang lain. Pertemuan mereka ini diketahui ‘Umar. Iapun pergi ketempat mereka, ia mau membunuh Muhammad.
Di tengah jalan ia bertemu dengan Nu’aim b. Abdullah. Setelah mengetahui maksudnya, Nuiaim berkata: “Umar, engkau menipu diri sendiri. Kaukira keluarga ‘Abd Manaf. akan membiarkan kau merajalela begini sesudah engkau membunuh Muhammad? Tidak lebih baik kau pulang saja ke rumah dan perbaiki keluargamu sendiri?!” Pada waktu itu Fatimah, saudaranya, beserta Sa’id b. Zaid suami Fatimah sudah masuk Islam. Tetapi setelah mengetahui hal ini dari Nu’aim, Umar cepat-cepat pulang dan langsung menemui mereka.
Di tempat itu ia mendengar ada orang membaca Qur’an. Setelah mereka merasa ada orang yang sedang mendekati, orang yang membaca itu sembunyi dan Fatimah menyembunyikan kitabnya. “Aku mendengar suara bisik-bisik apa itu?!” tanya Umar. Karena mereka tidak mengakui, Umar membentak lagi dengan suara lantang: “Aku sudah mengetahui, kamu menjadi pengikut Muhammad dan menganut agamanya!” katanya sambil menghantam Sa’id keras-keras. Fatimah, yang berusaha hendak melindungi suaminya, juga mendapat pukulan keras. Kedua suami isteri itu jadi panas hati. “Ya, kami sudah Islam! Sekarang lakukan apa saja,” kata meteka.
Tetapi Umar jadi gelisah sendiri setelah melihat darah di muka saudaranya itu. Ketika itu juga lalu timbul rasa iba dalam hatinya. Dimintanya kepada saudaranya supaya kitab yang mereka baca itu diberikan kepadanya. Setelah dibacanya, wajahnya tiba-tiba berubah. Menggetar rasanya ia setelah membaca isi kitab itu. Ia langsung menuju ke tempat Muhammad dan sahabat-sahabatnya itu sedang berkumpul di Shafa. Ia minta ijin akan masuk, lalu menyatakan dirinya masuk Islam. Dengan adanya Umar dan Hamzah dalam Islam, maka kaum Muslimin telah mendapat benteng dan perisai yang lebih kuat. Ia masuk Islam tidak sembunyi-sembunyi, malah terang-terangan diumumkan di depan orang banyak dan untuk itu ia bersedia melawan mereka. Islamnya Umar ra ini telah memperkuat kedudukan kaum Muslimin.
B. Nabi Muhammad saw sebagai Uswatun Hasanah
Uswatun Hasanah berarti teladan yang baik. Siapakah yang akan kita contoh dalam hidup ini? Sepatutnya, yang wajib kita contoh adalah tingkah laku Rasulullah sebab ucapan dan segala perbuatan Rasulullah dijamin benar dan baik sebagaimana firman Allah swt berikut ini:
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”( Al Ahzab : 21 )
Barang siapa yang menginginkan hidup bahagia di dunia dan akhirat, seharusnya ia mengikuti jejak serta mencontoh perbuatan Nabi. Berikut ini adalah beberapa sifat terpuji Rasulullah saw.:
1. Ketabahan dan keteguhan pendirian Nabi Muhammad saw.
Sejak lahir hidup Nabi Muhammad saw penuh dengan rantai kesedian. Namun beliau tidak pernah mengeluh, mengadu dan putus asa. Dengan langkah yang tegap dan penuh perhitungan beliau tidak pernah mundur menghadapi cobaan hidup.
Dalam menyampaikan risalah, beliau selalu mendapat penghinaan, siksaan dan ancanana. Setiap peperangan melawan orang musyrik, bala tentara Islam jumlahnya jauh lebih sedikit, sedangkan peralatan perangnya lebih sederhana. Namun Rasulullah tidak pernah turun semangatnya, walaupun cobaan-cobaan berat dalam mengemban tugas menyampaikan risalah terus berdatangan.
2. Pemaafnya Nabi Muhammad saw.
Pada tahun 621 M, Nabi Muhammad saw, berda’wah ke Thaif. Akan tetapi beliau disambut dengan siksaan dan lemparan batu. Lalu Malaekat Jibril datang menawarkan jasa untuk membalaskan tingkah laku orang Thaif. Nabi menolak sambil berdo’a : ” Berikanlah petunjuk-mu pada kaumku, ampunilah mereka karena mereka belum tahu.”
Pada tahun 622 M, Orang-orang musyrik mengumumkan akan memberi hadiah bagi siapa saja yang dapat menangkap Muhammad saw dalam perjalanan hijrah ke Madinah. Lalu ada orang yang sanggup untuk membunuh Nabi, yaitu Suraqah, tetapi kuda yang ditungggangi jatuh waktu mau menangkap Nabi. Niat untuk membunuh Nabi batal dan ia meminta maaf, Nabi pun memberi maaf.
3. Beliau adalah pemimpin yang memikirkan umatnya.
Ia perintahkan umatnya hijrah supaya tidak dianiaya orang kafir Mekkah, sementara beliau tetap berada di Mekkah.
4. Beliau adalah orang yang terkenal kejujurannya sehingga diberi gelar Al Amin.
Nabi Muhammad SAW Membangun Masyarakat Melalui Kegiatan Ekonomi dan Perdagangan
Nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan Allah SWT. Sejak lahir telah tampak pada diri beliau keistimewaan dan keajaiban, diantaranya adalah beliau lahir dalam kondisi telah berkhitan dan tali pusarnya telah diputus, sehingga kelahiran Nabi Muhammad SAW sangat menggemparkan dunia.
Di balik keajaiabn itu terdapat banyak ujian dan cobaan yang harus beliau jalani, diantaranya beliau lahir sudah dalam kondisi yatim, dan usia 6 tahun beliau telah menjadi yatim piatu, sehingga beliau benar – benar dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Kemudian beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Setelah kake beliau meninggal dunia, beliau tinggal dengan paman beliau, Abu Thalib yang miskin. Dalam usia yang masih tergolong anak – anak, beliau harus sudah bekerja keras untuk bertahan hidup, beliau mengembala kambing milik penduduk mekah.
Di balik pengembalaannya, Allah SWT benar – benar ingin menguji seseorang yang kelak akan diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Saat mengembala, beliau merenung dan berfikir, yang menyebabkab beliau jauh dari pemikiran duniawi dan terhindar dari noda yang merusak namanya. Sejak muda, beliau sudah terkenal sebagai orang yang terpercaya. Ketika Nabi Muhammad SAW berusia 12 tahun, Abu Thalib mengajak beliau untuk berdagang ke Negeri Syam (Syiria). Sekalipun hanya ikut membantu pamannya, Nabi Muhammad SAW sangat bersemangat dan tekun. Ia belajar bagaimana cara berdagang dan melayani para pembeli dengan baik. Sikapnya yang sangat sopan dan ramah membuat masyarakat di sekitar negeri Syam tertarik.
Ketika Nabi Muhammad SAW menginjak dewasa, yaitu 25 tahun, beliau kembali berdagang ke Negeri Syam. Namun dalam perjalanan kali ini, beliau tidak lagi ditemani oleh pamannya. Kali ini, beliau dipercaya untuk menjual barang dagangan milik Khadijah, seorang janda kaya raya yang amat disegani oleh masyarakat Arab ketika itu. Alasan Khadijah menyerahkan barang dagangan kepada beliau yaitu karena Khadijah telah mendengar kebaikan, kejujuran, dan keuletan Nabi dalam berdagang.
Dalam perjalanan ke negeri Syam, Nabi Muhammad SAW ditemani oleh seorang pembantu yang bernama Maisyaroh. Maisyaroh adalah seorang kepercayaan Khadijah yang sangat berpengalaman dalam berdagang. Atas bantuan Maisyroh, Nabi Muhammad SAW tidak mengalami kesusahan untuk berdagang di Negeri Syam.
Dalam perdagangan bersama maisyaroh, Nabi Muhammad SAW mendapatkan keuntungan yang besar. Hal ini ia dapatkan karena selama berdagang ia sangat tekun, jujur, ramah, dan murah senyum kepada para pembeli yang dating.
Nabi Muhammad SAW tidak pernah membohongi pembeli. Jika ada barang yang cacat, maka beliau menunjukkan kecacatannya. Jika barang tersebut berharga murah, maka beliau tidak akan menjual dengan harga yang mahal. Jika barang itu banyak, maka beliau tidak pernah menimbun barang tersebut agar mendapat keuntungan yang lebih besar. Beliau memberitahukan harga jual yang telah ditentukan oleh majikannya. Beliau akan mengatakannya dengan jujur, sehingga pembeli tertarik untuk membeli barang dagangannya.
Karena kejujuran dan kepandaian beliau dalam berbisnis, beliau mendapatkan laba yang sangat besar dan Khadijah tertarik untuk melamarnya. Kemudian Nabi Muhammad SAW yang berusia 25 tahun menikah dengan Khadijah yang berusia 40 tahun. Dari pernikahan ini beliau dianugerahi 6 orang anak.
Demikian kisah Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan. Sebagai umatnya, kita harus meneladani beliau. Dikala muda, beliau sudah mencari nafkah untuk hidupnya sendiri, beliau mengembala kambing dan berdagang untuk memenuhi kebutuhannya. Keuletan, kejujuran, dan keramah – tamahan beliau sudah seharusnya kita teladani dalam kehidupan sehari – hari.
Langganan:
Postingan (Atom)